Semarang (ANTARA News) - Sikap dan perilaku Maruto Jati Sulistyo (29) yang diduga anggota jaringan teroris Noordin M. Top, berubah drastis pada 2002, kata kakak kandung Maruto, Agung Purno Sarjono.

Agung, anggota DPRD Kota Semarang dari Fraksi PAN di Semarang, Kamis, mengatakan, adiknya mulai berubah ketika masih kuliah di Unissula Semarang, tepatnya pada tahun ketiga, sekitar 2002.

Menurut dia, perubahan Maruto terletak terutama pada sikap dan cara bergaul dengan orang lain.

Sebelumnya, menurut Agung, Maruto bergaul dengan lawan jenis, namun sejak 2002 ia tidak lagi bergaul dengan perempuan.

"Saya heran melihat sikap adik saya yang berubah drastis itu," katanya.

Sejak kuliah, kata dia, Maruto mengikuti organisasi keagamaan di kampus dan pengajian di luar kampus, tetapi jenis pengajiannya tidak diketahui keluarganya.

"Saya keget mengapa adik saya diduga sebagai jaringan teroris, padahal dia adalah anak penurut, sejak kuliah dia tidak pernah merepotkan orang tua, bahkan dia kuliah sembari mencari nafkah sendiri, yaitu menjual buku-buku Islam, baju, peci, sajadah, dan sebagainya," katanya.

Politikus Partai Amanat Nasiaonal (PAN) Kota Semarang itu terakhir komunikasi dengan adiknya pada 2006. Usai menikah tahun 2004, Maruto tinggal di rumah mertuanya, dan tidak pernah pulang ke rumah lagi.

Meskipun begitu, kata dia, Agung tidak meyakini kalau adiknya ikut jaringan teroris karena Maruto adalah anak yang santun dengan siapa saja, baik dengan orang yang usianya lebih tua maupun dengan orang yang lebih muda.

"Adik saya itu orangnya ringan tangan. Ketika menjadi aktivis masjid, dia sering membersihkan halaman rumah orang yang berada di sekitar masjid," katanya.

Ia mengimbau, kalau aparat hukum menemukan Maruto, hendaknya jangan diperlakukan kasar dan jangan ada penyiksaan.

"Kalau memang adik saya benar sebagai teroris akan saya dampingi dan serahkan ke aparat hukum," katanya.

Menurut dia, sejak ada pemberitaan tentang adiknya, kondisi keluarganya sangat berubah dan merasa khawatir, bahkan ibunya, Sri Mulyani (57) sampai sekarang masih sakit karena mendengar kabar anaknya itu. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009