Moskow (ANTARA News/AFP) - Presiden Dmitry Medvedev Senin mengganti kepala pasukan misil Rusia, menyusul kegagalan serangkaian uji coba penembakan  senjata baru yang memalukan, kata Kremlin.

Medvedev telah mengeluarkan perintah penggantian Jenderal Nikolai Solovtsov dengan Jenderal Andrei Shvaichenko sebagai komandan Pasukan Roket Strategis Rusia.

"Dengan keputusan ini Nikolai Solovtsov telah dibebaskan dari tugasnya sebagai pemimpin pasukan misil dan diberhentikan dari dinas militer," Kremlin mengatakan dalam satu pernyataan.

Tidak ada alasan yang diberikan bagi perubahan itu. Shvaichenko hingga kini adalah wakil komandan di pasukan misil, sementara Solovtsov telah bertugas pada jabatannya sejak April 2001.

Satu sumber yang mengetahui seperti dikutip kantor berita Interfax mengatakan bahwa Solovtsov diminta untuk diberhentikan karena ia sekarang telah melewati usia pensiun militer biasa 60 tahun.

Dikatakan ia telah menerima perpanjangan satu tahun setelah mencapai usia 60 tahun pada Januari.

Namun pasukan misil juga telah dipermalukan oleh serangkaian uji coba penembakan  rudal antar-benua Bulava yang gagal yang diluncurkan-kapal selam baru, yang telah digembar-gemborkan sebagai kebanggaan militer Rusia, yang telah berubah.

Tembakan percobaan terakhir pada 16 Juli berakhir dengan misil meledak pada tahan pertama dan Bulava sekarang, menurut laporan, dalam enam dari 11 tembakan percobaannya.

Bulava merupakan proyek pertahanan-standar bagi militer Rusia yang sedang berusaha untuk mengganti misil-misil gudang tua era-Soviet dengan model-model yang lebih modern sebagai bagian dari pembaruan besar militer.

Masalah dengan Bulava itu juga tiba di tengah pembicaraan yang sulit antara Rusia dan AS yang ditujukan untuk memperbarui pada akhir tahun ini Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (STAR) 1991.

Satu pernyataan yang ditandatangani oleh Medvedev dan Presiden AS Barack Obama pada pertemuan puncak pertama mereka bulan lalu minta pengurangan jumlah hulu ledak nuklir Rusia dan arsenal AS menjadi antara 1.500 dan 1.675 dalam tujuh tahun.

Sovtsov mengatakan pada 30 Juni, ia yakin akan menjadi kesalahan untuk mengurangi di bawah 1.500 hulu ledak meskipun keputusannya terserah "pada pemimpin politik negara itu".(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009