kita harus mengetatkan PSBB sedikit lagi
Bandung (ANTARA) - Ahli epidemiologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Panji Fortuna Hadisoemarto mengingatkan kepada masyarakat akan bahaya penyebaran COVID-19 di pusat niaga, terlebih saat ini banyak warga yang berupaya memenuhi kebutuhan Lebaran.

"Gelombang pertama yang belum selesai ini juga berpotensi naik drastis jika tidak ada pengetatan PSBB dan malahan ada rencana pelonggaran PSBB di Jawa Barat, apalagi saat ini sudah banyak warga yang kembali berbelanja untuk keperluan lebaran, ini bisa memperluas penyebaran,” kata Panji di Pandu, Senin.

Panji mengatakan, masyarakat harus memahami jika gelombang pertama penularan COVID-19 di Indonesia belum tuntas, termasuk di Jawa Barat (Jabar), meski Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah diterapkan.

Menurutnya, penyebaran virus di pusat niaga seperti toko baju sangat mudah terjadi karena droplet dari pembawa virus (carrier) bisa menempel di permukaan benda-benda yang biasa disentuh pengunjung.

Baca juga: Jelang berakhir PSBB Jabar, kasus COVID-19 di Purwakarta menurun
Baca juga: Gugus Tugas Karawang klaim kasus COVID-19 menurun selama PSBB Jabar


Ia menjelaskan, jika permukaan benda yang terkena droplet ini disentuh, maka virus dapat berpindah dan menginfeksi orang yang menyentuhnya.

“Potensi penyebaran (di pusat niaga) tinggi. Bayangkan masyarakat menganggap situasi saat ini normal dengan berdesakan di toko baju, toko emas, tanpa mempertimbangkan protokol kesehatan, ini sangat meningkatkan risiko penularan,” ujar Panji.

Panji pun menambahkan, pergerakan dan kontak anggota masyarakat menjadi kunci dalam menekan kasus COVID-19 di Jabar. Semakin kecil persentase pergerakan masyarakat, pandemi COVID-19 semakin cepat ditanggulangi. Hal tersebut didapat berdasarkan permodelan yang dia buat.

"Saya membuat simulasi bagaimana COVID-19 akan menyebar di Jabar dalam beberapa skenario. Yang pertama, skenario kondisi sekarang. Nampaknya, walau PSBB sudah berhasil menurunkan transmisi, tetapi ada sisa transmisi yang menyebabkan kita masih melihat ada kasus baru setiap hari," kata Panji.

Sebaliknya, jika pergerakan masyarakat tidak dapat ditekan lebih kecil, maka pandemi COVID-19 baru bisa teratasi sampai tiga tahun ke depan.

Baca juga: Kolaborasi Unpad-ITB lahirkan inovasi alat tes COVID-19 di Jabar
Baca juga: Jabar waspada gelombang kedua COVID-19


Untuk itu, Panji merekomendasikan kepada Pemerintah Provinsi Jabar agar pergerakan masyarakat terus ditekan.

"Intinya, PSBB ini kalau saya simulasikan dengan pengetatan sedikit lagi saja, itu bisa mempercepat habisnya wabah COVID-19 di Jabar bahkan dalam waktu kurang dari satu bulan," ujar Panji.

"Pada dasarnya, pemodelan yang saya buat merekomendasikan bahwa kita harus mengetatkan PSBB sedikit lagi, agar penurunan dengan cepat itu bisa terjadi," katanya.

Baca juga: Hasil kajian komprehensif, tentukan pelonggaran PSBB Jabar
Baca juga: Evaluasi PSBB Jabar tunjukkan hasil positif

 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020