Palu (ANTARA) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Cabang Sulawesi menerapkan protokol kesehatan secara ketat di lingkungan industri kelapa sawit di seluruh Sulawesi demi mencegah penyebaran COVID-19 yakni dengan menjaga jarak, menyediakan fasilitas cuci tangan, serta wjaib menggunakan masker.

“Kita sudah lakukan sosialisasi baik untuk internal maupun eksternal,” kata Ketua Gapki Sulawesi Dony Yoga saat konferensi pers secara online, Senin.

Ia juga menyampaikan bahwa Gapki Sulawesi sudah mendistribusikan bantuan senilai Rp150 juta berupa APD dan sembako, baik melalui pemerintah daerah maupun secara mandiri ke desa-desa sekitar.

Baca juga: Konsumsi minyak sawit dalam negeri tumbuh 7,2 persen kuartal I

Diakui Dony bahwa COVID-19 di Sulawesi memang tidak segempar di Jakarta, namun demikian, sesuai dengan arahan Gapki pusat, pihaknya telah menghimbau kepada seluruh anggota Gapki di Sulawesi untuk melakukan antisipasi pencegahan COVID-19 di dalam kebun.

Sampai saat ini, kata Dony, tidak ada kendala terkait industri sawit di Sulawesi baik perihal tenaga kerja maupun operasional kebun dan pabrik. Hanya saja terjadi pembatasan jam operasional pabrik mulai dari pukul 07:00 -17:00 WITA.

“Waktunya diatur lebih efektif dan efisien sesuai dengan ketentuan tersebut,” lanjutnya.

Dalam kesempatan tersebut, Sekretaris GAPKI Sulawesi Novrianto juga menyampaikan bahwa pihaknya terus melakukan pemantauan untuk angkutan Tandan Buah Segar (TBS) Swadaya yang masuk ke pabrik khususnya pabrik di daerah Sulawesi Barat.

Baca juga: Industri sawit jamin kebutuhan minyak makan hingga Lebaran

“Di beberapa kabupaten yang menjadi jalur lintas angkutan Crude Palm Oil (CPO) sudah menerapkan jam malam mulai dari pukul 06:00-18:00 WITA sesuai kebijakan pemerintah, sehingga operasional pengiriman CPO juga kami mengikuti jam tersebut,” tambahnya.

Mengenai dampak pandemi COVID-19 terhadap perekonomian wilayah, Dony menilai, pergerakan ekonomi masyarakat di Sulawesi sampai saat ini tetap berjalan normal dengan tetap mengikuti anjuran pemerintah mengenai social distancing.

“Dampaknya tetap ada, tapi tidak terlalu signifikan,” ungkap Dony.

Untuk mengantisipasi dampak ekonomi yang lebih besar, Dony mengatakan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat agar melakukan efisiensi dan menggalakkan budidaya kebun hortikultura guna membantu ketahanan pangan di Sulawesi.

Ia juga mengungkapkan bahwa untuk mengantisipasi kurangnya tenaga kerja yang diakibatkan oleh COVID-19 di Sulawesi, pihaknya juga memprioritaskan tenaga kerja lokal.

Hal ini sekaligus dalam rangka membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran di Sulawesi.

Pewarta: Rolex Malaha
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020