Untuk tim putra ini ada peluang besar karena ini kebetulan (pebulu tangkis putra) menduduki rangking yang tinggi baik tunggal maupun ganda
Jakarta (ANTARA) - Sudah 18 tahun berlalu sejak Indonesia untuk terakhir kalinya mendekap trofi Piala Thomas, setelah mengalahkan Malaysia 3-2 pada laga final di Guangzhou, China.

Kemenangan tersebut semakin memantapkan posisi Indonesia sebagai negara tersukses di Piala Thomas, dengan koleksi 13 gelar, unggul jauh dari Malaysia yang kala itu sudah lima kali juara dan China yang saat itu baru empat kali mencicipi gelar kejuaraan bulutangkis beregu putra paling bergengsi sejagad tersebut.

Bahkan, tim Merah Putih juga mampu mencatatkan sejarah baru dalam pergelaran kejuaraan beregu putra itu, di mana Indonesia berhasil menang lima kali beruntun sejak 1994.

Baca juga: Piala Thomas dan Piala Uber digeser ke Oktober

Sayang, catatan mentereng itu bisa disamai oleh China yang menjuarai Piala Thomas lima edisi beruntun pada 2004-2012. China juga kini kian menyatroni singgasana Indonesia sebagai Raja Piala Thomas. Mereka kini sudah 10 kali juara, hanya tiga titel di belakang Indonesia.

Selain menjadi panggung terakhir kali Indonesia juara, Piala Thomas 2002 juga untuk pertama kali dan satu-satunya yang diselenggarakan memakai sistem lima set (kini gim) dengan tujuh poin.

Delapan negara bersaing memperebutkan Piala Thomas 2002, jumlah yang terus berlipat ganda menjadi 12 pada edisi berikutnya dan sejak 2014 melibatkan 16 negara.

Taufik Hidayat kala itu masih menjadi tunggal kedua Indonesia, di belakang Marleve Mainaky dan sudah melewati seniornya, Hendrawan, dalam komposisi sektor tunggal tim Thomas Indonesia 2002. Sedangkan pasangan peraih emas Olimpiade Syney 2000 Candra Wijaya/Sigit Budiarto memimpin sektor ganda bersama Halim Haryanto/Tri Kusharyanto.

Dalam fase penyisihan grup, Indonesia cuma kehilangan satu partai ketika mengalahkan Malaysia 4-1 di pertandingan kedua. Sedangkan Thailand dan Jerman dilibas habis 5-0 oleh Indonesia yang memuncaki Grup B dan bertemu Denmark di babak semifinal.

Indonesia cuma butuh memainkan tiga pertandingan guna memesan satu tempat di final setelah Taufik Hidayat bangkit menundukkan Anders Boesen 6-8, 3-7, 7-5, 7-3, 7-1 dan memastikan kemenangan 3-0 atas Denmark. Satu-satunya negara yang berhasil mencuri poin dari Indonesia, Malaysia, jadi lawan di final setelah menyingkirkan China 3-1 di semifinal lain.

Sektor ganda dua kali membuat Indonesia menyamakan kedudukan, setelah dua tunggal pertama Malaysia mengantungi kemenangan, sehingga gelar juara ditentukan lewat partai tunggal ketiga.

Beban penentuan gelar juara itu, rupanya mudah saja dilunasi oleh Hendrawan yang cuma butuh tiga set untuk menghentikan perlawanan Roslin Hashim 8-7, 7-2, 7-1 dan Indonesia mengangkat

Baca juga: Indonesia hadapi setumpuk tantangan lunasi status favorit Piala Thomas
Baca juga: Soal Piala Thomas dan Uber tahun ini, PBSI ikut BWF saja
 
Pebulu tangkis tunggal Indonesia Hendrawan diarak oleh rekan-rekan satu timnya setelah memenangi laga penentu kontra pemain Malaysia Roslin Hashim untuk menyegel gelar juara Piala Thomas yang berlangsung di Guangzhou, China (19/5/2002). Kemenangan 3-2 atas Malaysia semakin mengukuhkan Indonesia sebagai negara tersukses di kejuaraan beregu putra itu dengan koleksi 13 gelar. (ANTARA/AFP/GOH Chai Hin)


Lima kali juara beruntun seolah menjadi puncak prestasi Indonesia di Piala Thomas, yang sayangnya sesudah 2002 terjun bebas. Sampai saat ini, Piala Thomas belum pernah lagi kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Indonesia belepotan untuk mempertahankan gelar juara pada pergelaran-pergelaran berikutnya.

Jangankan mempertahankan gelar, Indonesia kerap kesulitan menjejaki babak final. Ketika mencapai final pada 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia dan 2016 (Kunshan, China), Indonesia harus puas menjadi runner-up setelah secara berurutan dikalahkan China dan Denmark.

Baca juga: Hari ini, China kawinkan gelar Piala Thomas-Uber di Istora Senayan

Bahkan Indonesia gagal menjejaki partai final dalam dua edisi berstatus tuan rumah lantaran dihentikan di semifinal oleh Denmark pada 2004 dan Korea Selatan empat tahun kemudian.

Capaian semifinal juga terjadi pada 2006 dan 2014, sedangkan edisi 2012 yang dilangsungkan di Wuhan, China, menjadi Piala Thomas yang harus dilupakan oleh Indonesia sebab mereka disingkirkan oleh Jepang di babak perempat final.


Tugas lunasi status unggulan juara

Tahun 2020 ini, Piala Thomas edisi ke-31 yang biasanya dilangsungkan bulan Mei bakal digelar pada 3-11 Oktober di Aarhus, Denmark.

Indonesia akan berangkat ke Aarhus berstatus unggulan utama, di atas Jepang, China serta tuan rumah Denmark. Beberapa bulan ke depan para ksatria bulu tangkis Indonesia akan dihadapkan pada tugas besar, bukan saja melunasi status unggulan, tetapi juga memuaskan dahaga juara 18 tahun lamanya.

"Untuk tim putra ini ada peluang besar karena ini kebetulan (pebulu tangkis putra) menduduki rangking yang tinggi baik tunggal maupun ganda. Jadi bisa ada kesempatan untuk memboyong Piala Thomas ke Indonesia," kata Sekretaris Jenderal PBSI Achmad Budiharto, Februari lalu.

Namun untuk melunasi status favorit juara, tim Merah Putih dihadapkan dengan setumpuk tantangan untuk mempersiapkan diri dengan sisa waktu sekitar lima bulan.

Pasalnya, waktu lima bulan tersebut terlalu sulit untuk bisa dimanfaat penuh untuk persiapan mengingat program latihan turut terdampak kondisi pandemi COVID-19 yang masih mengancam.

Kondisi tersebut juga turut berdampak pada beberapa kejuaraan yang seharusnya diikuti oleh tim bulu tangkis Indonesia sebagai ajang pemanasan, mengingat seluruh turnamen sudah ditunda maupun dibatalkan setidaknya hingga Juni.

"Bicara peluang, ya kita ada. Tapi kembali bagaimana dengan persiapan sendiri. Mudah-mudahan kita bisa benar-benar memanfaatkan sisa waktu ke depan," ujar Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI Susy Susanti.

Menilik daftar unggulan Piala Thomas 2020 serta komposisi tim putra Indonesia dengan dua ganda terbaiknya, Merah Putih bisa saja mengakhiri paceklik gelar yang sudah dirasakannya selama 18 tahun di Denmark nanti.

Baca juga: PBSI optimistis tim putra bisa akhiri dahaga gelar juara Piala Thomas

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2020