Cirebon (ANTARA News) - Berdasarkan hasil penelitian Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), pertumbuhan jumlah penderita HIV/AIDS di Kota Cirebon setiap tahun meningkat 100 persen.

Pada tahun 2007 jumlahnya hanya 77 orang sekarang telah mencapai 387 orang, 30 orang di antaranya telah meninggal dunia.

"Peningkatan yang spektakuler tersebut tidak terlepas dari kegiatan prostitusi di Kota Cirebon yang semakin marak," ujar Fahirin Ma`shum, ketua KPA Kota Cirebon.

Bahkan berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan, pihaknya mencatat perputaran uang dari bisnis ini bisa mencapai Rp5 - Rp6 miliar per tahun.

"Lebih parah lagi kami menemukan para pekerja seks tersebut ternyata istri Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memasang tarif mahal mencapai jutaan untuk sekali kencan," lanjutnya.

Tak heran, lanjut Fahirin, jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Cirebon pun pertumbuhannya sangat fantastis. Dari tahun 2007 jumlahnya 130 orang, pada tahun ini jumlahnya telah bertambah menjadi 492 orang.

Sementara itu berdasarkan hasil penelitian LSM Warga Siaga Kota Cirebon mencatat 45 persen wanita pekerja seks berusia masih muda mulai dari umur 15-24 tahun.

Kurangnya kepedulian pemerintah Kota Cirebon terhadap pemberantasan bisnis prostitusi di Kota Cirebon, menurut Syaiful Badar, Ketua Warga Siaga Kota Cirebon, menjadi faktor utama peningkatan jumlah pekerja seks semakin tinggi.

Penertiban para wanita pekerja seks oleh Satpol PP selama ini dianggap kurang efektif, itu hanya buang uang anggaran daerah saja.

"Kami melihat setiap razia WPS berakhir sampai ke pendataan, kemudian dilepas lagi. Harusnya pemerintah kota punya program untuk melakukan pembinaan terhadap para WPS tersebut," ujar Syaiful.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009