Siapa sangka bahwa dalam situasi kolonialisme akan lahir Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Tokoh agama Romo Franz Magnis Suseno mengatakan situasi pandemi COVID-19 yang sedang melanda dunia secara global mengajarkan masyarakat untuk saling meningkatkan solidaritas agar bisa terbebas dari virus tersebut.

"Kita bisa keluar sebagai pemenang dari pandemi ini kalau digerakkan dari semangat yang sama," kata dia melalui konferensi video yang dipantau di Jakarta, Jumat.

Solidaritas dalam situasi pandemi dapat diwujudkan oleh masyarakat yang sudah berkecukupan di sisi ekonomi untuk membantu orang yang serba terbatas.

Di saat bersamaan solidaritas tadi hendaknya diimplementasikan tanpa memandang suku, agama, ras, budaya, latar belakang orang yang akan dibantu. "Saat ancaman pandemi menantang, kita harus membangun solidaritas kekuatan Indonesia senasib sepenanggungan," ujarnya.

Baca juga: Franz Magnis: jaga keutuhan NKRI juga wujud kepahlawanan

Baca juga: Pemuka agama sepakat imbau umat hindari kerumunan cegah COVID-19


Apalagi masih dalam situasi Hari Kebangkitan Nasional semua elemen masyarakat harus saling menerima dan gotong royong. Setiap individu juga diminta agar tidak egois, memikirkan diri sendiri serta harus membangun solidaritas tanpa meninggalkan siapa pun.

Ia mengatakan virus corona penyebab COVID-19 semacam penyakit yang mudah tertular tidak memerhatikan batas negara, kaya miskin, termasuk bangsa mana. "Kita merasa terancam kesehatan hingga nyawa," katanya.

Belum lagi dampak dari pandemi tersebut ialah ancaman amburadul ekonomi bangsa terutama masyarakat kecil yang merasa kehilangan pekerjaan karena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Oleh sebab itu, dalam situasi yang cukup sulit, Romo Frans mengajak semua anak bangsa agar tidak menyerah begitu saja. Masyarakat bisa bercermin dari situasi saat kolonialisme di Indonesia terjadi dan bisa bangkit hingga merdeka.

"Siapa sangka bahwa dalam situasi kolonialisme akan lahir Indonesia maka sekarang pun kita akan bangkit," katanya.

Baca juga: Romo Magnis: haramkan kekerasan

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020