Menurut saya cukup bermanfaat meskipun tidak tepat sasaran
Jakarta (ANTARA) - Insentif masih menjadi faktor utama yang menarik orang untuk mendaftar Kartu Prakerja, meski beberapa orang merasakan manfaat dari pelatihan teknis yang bisa digunakan dalam melakukan usaha rumah ke depannya.

"Menurut saya cukup bermanfaat meskipun tidak tepat sasaran. Manfaatnya saya bisa ikut pelatihan sambil mengisi waktu sebelum dapat kerja, meskipun pelatihannya di Youtube juga sudah banyak, tapi dapat sertifikat gratis juga sebagai nilai plusnya, kemudian dapat insentif yang bisa digunakan untuk beli bahan smbako di masa pandemi ini," kata Venny R., seorang pengguna Kartu Prakerja, ketika dihubungi di Jakarta pada Jumat.

Venny adalah salah satu pekerja swasta yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) sebagai dampak COVID-19. Perusahaan tambang skala kecil tempat dia bekerja memecat beberapa karyawan pada 31 Maret 2020.

Dia langsung mendaftar ketika pemerintah resmi meluncurkan Kartu Prakerja pada April 2020 dan diterima pada gelombang pertama.

Sejauh ini dia hanya memanfaatkan pelatihan untuk TOEFL karena tidak ada pelatihan yang dapat membantu mengembangkan kemampuan di bidang kerjanya yaitu geologi. Padahal, menurut dia, pelatihan spesifik sesuai bidang akan membantu mengembangkan kemampuan yang dapat digunakan dalam proses pencarian kerja..

Baca juga: Direktur Kartu Prakerja ajak kolaborasi berikan modul pelatihan gratis

Baca juga: Program Kartu Prakerja harus dorong kreativitas pekerja migran


"Hanya skill IT, bahasa, manajemen, bisnis dan sejenisnya, padahal saya kan teknik geologi, yang saya butuhkan seperti pelatihan software bidang geologi, K3, atau pun skill lain. Harusnya pemerintah memperhatikan orang-orang yang di jurusan seperti saya," kata dia.

Hal yang sama diungkapkan oleh Yohanes, seorang pengusaha UMKM makanan yang terpaksa berhenti berjualan akibat pandemi. Dia kemudian bekerja sebagai pekerja penuh di sebuah yayasan untuk memenuhi kebutuhan.

Pria yang berdomisili di Surabaya itu merasakan manfaatnya karena terdapat pelatihan yang sesuai bidangnya yaitu kuline dan fotografi yang diajarkan oleh profesional seperti Chef Juna dan Darwis Triadi.

Yohanes sempat membuat ulasan tentang kesulitan pencairan insentif dari Kartu Prakerja yang kemudian direspons oleh beberapa pemanfaat lain yang mengalami kesulitan terkait kartu itu. Meski demikian dia mengaku puas dengan layanan Kartu Prakerja selama ini.

"Rencananya setelah pandemi saya mau buka usaha lagi, UMKM di bidang makanan dengan modal dari insentif ini semoga bisa membantu rencana saya," kata dia ketika dihubungi.

Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja Denni P. Purbasari pada Selasa (19/5) mengakui masih terdapat beberapa hal yang harus dibenahi dari program tersebut.

Dia menanggapi kritikan bahwa banyak pelatihan di Kartu Prakerja yang bisa didapatkan secara gratis di kanal lain, mengajak agar tidak saling bersitegang tapi bisa berkolaborasi untuk memperkaya program itu.

"Ekosistem Kartu Prakerja itu sifatnya inklusif, terbuka untuk siapapun jadi dalam kesempatan ini saya mengajak teman-teman yang memiliki skill, bisa meluangkan waktu untuk menyusun modul, tolong kemudian berkenan bergabung dengan ekosistem Prakerja dan mendonasikan modul-modul itu," kata Denni beberapa waktu lalu.

Sampai sajauh ini, menurut data Manajemen Pelaksanaan Kartu Prakerja sudah terdapat 680.000 orang resmi menjadi pemanfaat Kartu Prakerja.

Pemanfaat mendapat Rp3.550.000 selama pandemi COVID-19 dengan rincian bantuan pelatihan Rp1.000.000, insentif penuntasan pelatihan Rp600.000 per bulan untuk empat bulan serta insentif survei kebekerjaan Rp150.000.

Baca juga: Anggota DPR soroti antusiasme tinggi terhadap Kartu Prakerja

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020