Medan, 16/8 (ANTARA) - Pil kontrasepsi yang memiliki dosis rendah selain efektif menghambat ovulasi, secara klinis bermanfaat mengatasi gejala emosi dan fisik pada saat wanita premenstrual dysphoric disorder (PMDD).

Spesialis Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) dr Binarwan Halim SpOG, di Medan Minggu mengatakan, PMDD atau biasa disebut gangguan disforia prementruasi telah mempengaruhi jutaan wanita dalam kehidupan sehari-hari dan mengakibatkan menurunnya kualitas hidup.

Haid merupakan kejadian umum pada setiap wanita dewasa, namun tidak sedikit wanita yang telah mengalami haid merasakan adanya kelainan dalam tubuhnya, baik itu yang menyangkut rasa nyeri, gangguan pikiran, maupun fungsi tubuh.

Pada umumnya, nyeri prahaid dirasakan tujuh hari sebelum hingga lima hari haid berlangsung. Gangguan ini berdampak negatif terhadap hubungan dengan teman dan keluarga, aktivitas sosial, dan produktivitas kerja.

Pil kontrasepsi dengan kandungan hormon esterogen, ethinil estradiol (EE) yang rendah bermanfaat menurunkan risiko terjadinya efek samping yang muncul akibat tingginya dosis estrogen dalam kontrasepsi.

Artinya dengan mengonsumsi pil kontrasepsi rendah dosis, gangguan-gangguan yang dialami wanita setiap menjelang haid dapat diminimalisir, katanya.

Misalnya saja pil kontrasepsi dosis rendah dengan kandungan 3 mg drospirenon per 20 mcg ethinil estradiol. Pil kontrasepsi ini merupakan kontrasepsi dosis rendah dengan regimen inovatif terbaru 24/4 yang memberikan kestabilan hormonal lebih tinggi dalam siklus bulanan.

Dengan kandungan 3 mg drospirenon per 20 mcg ethinil estradiol, pil kontrasepsi ini juga memiliki kontrol siklus yang baik yaitu memiliki efek positif terhadap proporsi wanita yang mengalami menstruasi sebesar 89,6 persen pada baseline dan 92 sampai 94,4 persen selama siklus ke-2 hingga ke-13.

Guru Besar FK-USU, Prof dr Delfi Lutan MSc, SpOG (K), mengatakan, pil kontrasepsi yang mengandung Cyproteron Acecate (CPA) selain sebagai alat untuk kontrasepsi yang cukup efektif, juga dapat mengatasi gejala hiperandrogen pada wanita.

Hiperandrogen adalah peningkatan kadar endrogen bebas yang beredar dalam darah yang tidak terikat pada protein atau dengan kata lain disebut bekerjanya androgen secara berlebihan diluar batas normalnya.

Gejala hiperandrogen pada wanita dapat terlihat antara lain pada kulit yakni kulit berminyak terutama pada bagian wajah hingga munculnya jerawat yang berlebihan.

Pil KB yang mengandung CPA dapat meminimalisir semua permasalahan yang biasa dihadapi kaum hawa, karena pil tersebut selain untuk alat kontrasepsi juga berfungsi mengatur hormon androgen dengan cara memblok efek androgen.

"Jadi kesimpulannya pil KB dengan CPA merupakan pilihan kontrasepsi bagi wanita yang ingin ber-KB dan ingin tetap cantik," katanya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009