Promosi kami akan tertuju pada 'market' yang dekat saja. Artinya kami menyasar pasar yang dekat dan bukan secara geografis jauh dari Yogyakarta.
Yogyakarta (ANTARA) - Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan mengubah segmentasi pasar paket perjalanan wisata saat era normal baru atau "new normal" dengan membidik pasar yang paling dekat dengan Yogyakarta.

"Promosi kami akan tertuju pada 'market' yang dekat saja. Artinya kami menyasar pasar yang dekat dan bukan secara geografis jauh dari Yogyakarta," kata Ketua Asita DIY Udhi Sudiyanto di Yogyakarta, Senin.

Baca juga: TWC akan beri stiker penanda suhu tubuh kepada pengunjung

Menurut Udhi, hal itu dilakukan karena setelah kegiatan ekonomi hampir terhenti sejak Maret sampai saat ini maka segmentasi pasar akan berubah. Ada segmen pasar yang mengutamakan kebutuhan primer dulu dan tentu ada segmen yang perlu berwisata.

"Meskipun kami juga akan tetap melakukan 'soft campaign" ke market-market yang jauh," kata dia.

Udhi mengatakan biro wisata anggota Asita DIY akan kembali membuka jasa perjalanan wisata setelah mendapatkan rekomendasi dari Dispar DIY dan Gugus Tugas penanganan COVID-19 DIY.

Baca juga: IAKMI: Adopsi-adaptasi budaya, kunci kehidupan normal baru

Menurut dia, saat memasuki masa normal baru, pariwisata tidak hanya bertumpu pada masalah pelayanan saja tetapi juga mencakup aspek perlindungan kesehatan para wisatawan atau pelanggan dengan mengacu standar operasional prosedur (SOP) yang kini tengah disiapkan Dispar DIY.

"Kami harus mempersiapkan SOP yang jelas bagi para pelaksana di lapangan dari sebelum menjemput tamu, bersama tamu, dan setelah selesai dengan tamu. Hal ini harus dilaksanakan dengan ketat agar terjadi kepercayaan konsumen terhadap palayanan kami," kata dia.

Selain itu, para anggota Asita DIY juga akan mempelajari perilaku baru di sektor wisata. Salah satunya dengan membuat paket perjalanan pendek, paket keluarga, dan paket individu. "Kami mempercayai perilaku konsumen akan mengarah ke hal tersebut," kata Udhi.

Baca juga: Siap buka lagi objek wisata, Gunung Kidul siapkan protokol kesehatan

Hal lain yang akan diintensifkan oleh Asita DIY adalah mengupayakan peningkatan kualitas SDM anggota terhadap teknologi sehingga bisa menghadapi tuntutan masa depan denga lebih baik.

Keberlangsungan perusahaan, menurut Udhi, menjadi masalah utama yang dihadapi para penyedia jasa perjalanan wisata karena hingga kini belum beroperasi kembali.

"Masalah utama adalah bagaimana kita bisa bertahan dengan tetap memberi gaji kepada karyawan. Meski tidak penuh akan tetapi hal ini menjadi beban karena tidak ada pemasukan," kata dia.

Baca juga: Pembukaan pariwisata DIY tunggu rekomendasi gugus tugas

Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Singgih Raharjo mengatakan pembukaan kembali pariwisata di wilayah setempat masih menunggu rekomendasi dari Gugus Tugas Penanganan COVID-19 DIY.

"Berkaitan dengan kapan dibukanya destinasi wisata di DIY tentunya akan memperhatikan kesiapan baik destinasi maupun SDM dan melihat situasi kondisi perkembangan COVID-19 serta setelah mendapat rekomendasi dari Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 di DIY," kata dia.



 

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020