Bandung (ANTARA News) - Jajaran Kepolisian Polresta Bandung Timur menemukan pistol mainan jenis revolver di tangan Yayat Hidayat, seorang preman, dalam Operasi Pekat Lodaya menjelang Ramadhan, Selasa.

"Teman saya menyuruh saya untuk menjual pistol mainan ini. Saya tak tahu jika pistol mainan itu berbahaya," ujar Yayat.

Karena menganggap jika pistol itu hanya pistol mainan, ujar Yayat, dirinya dengan bebas membawanya kemana-mana. "Ini hanya pistol mainan. Lagi pula, ini milik teman saya," ungkap Yayat.

Sementara itu, alasan petugas mengamankan Yayat beserta barang bukti sebuah pistol mainan tersebut lebih karena untuk tindakan pencegahan. Karena bentuk pistol yang sangat mirip dengan aslinya, juga mencegah kemungkinan jika pistol tersebut dipakai untuk melakukan tindakan kejahatan.

"Jika dipakai untuk menodong orang lain, yang ditodongnya itu akan percaya karena bentuknya yang sangat mirip. Selanjutnya, dia hanya diamankan selama 1x24 jam," ujar Kabag Bina Mitra Polresta Bandung Timur, Kompol Asep Gunawan, kepada wartawan.

Menurut Asep, dalam operasi Pekat yang dilakukan kali ini, petugas pun menangkap seorang residivis. Ia yang pernah ditahan pada tahun 2003 karena kasus ganja, kembali diamankan petugas yang mengamankan para preman di jalanan.

Salah satu yang terjaring dalam operasi Pekat Lodaya adalah Entang (40), tukang parkir ilegal. Entang yang biasa mangkal di depan Alfamart Antapani ini, mengaku baru sekali kedapatan razia. Ia yang sebelum terjaring razia, sebelumnya telah menenggak dua gelas minuman keras dengan harga Rp3.000.

"Saya kapok jika harus berurusan kembali dengan aparat. Saya belum pernah sekali pun terjaring dalam operasi semacam ini," ujar Entang.

Selain merazia preman, polisi juga berhasil merazia 300 buah petasan jenis telur puyuh dan 109 botol miras berbagai merk.

Razia tersebut dilakukan polisi di daerah Gedebage, Ujungberung, Cibiru, Gebage, Rancasari, seputar lapangan golf Cisaranten Wetan, dan Arcamanik dalam bentuk operasi Pekat Lodaya menyambut bulan suci Ramadhan.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009