Denpasar (ANTARA) - Asosiasi profesi para general manager hotel yang tergabung dalam Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali berpandangan konsep pariwisata di era New Normal (Normal Baru) nantinya akan menjadikan kepariwisataan di daerah setempat menjadi lebih berkualitas.

"Sebenarnya sangat ribet, seperti Garuda Indonesia bilang mereka butuh empat jam karena penumpang harus menunjukkan hasil uji swab dulu, tetapi prosedur itu tentu harus dilaksanakan," kata Wakil Ketua IHGMA Bali I Made Ramia Adnyana, di Denpasar, Selasa.

Namun, menurut Ramia, apa yang sudah disiapkan di Bali menuju "New Normal" di tengah kondisi pandemi COVID-19 ini sudah dalam jalur untuk meningkatkan kualitas kepariwisataan Bali.

"Saya yakin ini merupakan proses menjadikan Bali sebagai destinasi yang berkualitas, karena kita punya produk yang premium dan harga yang premium," ucapnya yang juga Wakil Ketua DPP IHGMA.

Baca juga: Gubernur Jabar: Bukan relaksasi tapi adaptasi ke normal baru

Saat ini, lanjut dia, Dinas Pariwisata Provinsi Bali juga tengah menyiapkan sejumlah standar operasional prosedur dalam menyiapkan pariwisata Bali di era Normal Baru itu dan dirinya juga dilibatkan dalam penyiapan SOP tersebut.

"SOP itu yang akan dikirim ke semua industri untuk mempersiapkan diri menghadapi New Normal, termasuk mulai dari kedatangan di bandara, bagaimana proses Imigrasinya menerapkan protokol kesehatan, transportasi yang mengangkut, dan ketika masuk di hotel dan sebagainya," ujarnya.

Kadis Pariwisata nantinya akan mengajukan SOP yang sudah disusun itu ke Gubernur Bali. Selanjutnya nanti akan dikeluarkan dalam bentuk Instruksi Gubernur ataupun regulasi yang lainnya.

Jadi, kata Ramia, nanti dipersiapkan untuk berbagai sektor, tidak saja di bandara dan hotel, termasuk juga di destinasi, transportasi, tempat belanja oleh-oleh dan sebagainya.

"Pembukaan Bali untuk aktivitas pariwisata rencananya akan dimulai dari kawasan ITDC Nusa Dua. Kalau sudah, barulah ke Ubud, Kuta dan kawasan wisata lainnya," kata pria yang juga General Manager H Souverign Bali itu.

Baca juga: TNI-Polri dikerahkan dorong pelaksanaan "normal baru" di tempat umum

Hal senada disampaikan Wakil Ketua IHGMA Bali Ketut Swabawa, yang mengatakan dalam menghadapi pariwisata dengan konsep New Normal itu, maka setiap pimpinan hotel harus sudah menyiapkan SOP.

"Tidak hanya SOP untuk jaga jarak, tidak saja menyediakan hand sanitizer, tetapi juga 'mindset' dan perilaku karyawan yang harus diubah dulu. Itu karena kalau di hotel sudah 'hygiene' tetapi lingkungan di luar hotel belum menerapkan standar yang sama, akan bisa terjadi gelombang kedua COVID-19.

Menurut Swabawa, yang dilakukan pimpinan hotel saat ini adalah menyiapkan SOP baru untuk operasional New Normal, terkait "Cleanliness, Health dan Safety/CHS".

"Tetapi dengan SOP yang mengadopsi CHS itu tentu akan berpengaruh terhadap biaya operasional. Biaya operasional yang meningkat akan memengaruhi profit yang rendah," katanya.

Oleh karena itu, lanjut Swabawa, harus ditemukan "win-win solution", di tengah kondisi wisatawan yang belum sepenuhnya berani melakukan perjalanan atau dalam artian "market" kecil sedangkan biaya operasional industri pariwsata justru lebih tinggi.

"Misalnya karyawan harus memilki kemampuan multi tasking, di samping bekerja sama dengan vendor dan menyiapkan paket-paket menarik," ucap pelaku pariwisata yang juga akademisi itu.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020