Baghdad (ANTARA News/Reuters) - Bom-bom yang dipasang di dua minibus meledak, menewaskan 20 orang dan mencederai 10 lain di dekat kota Kut, Irak selatan, Senin, kata beberapa sumber kepolisian di Baghdad.

Kedua minibus itu sedang dalam perjalanan menuju Kut dari Baghdad, kata satu sumber kepolisian di Kut, sebuah daerah berpenduduk mayoritas Syiah yang terletak sekitar 150 kilometer sebelah tenggara ibukota Irak tersebut.

Pejabat Kut menyebut jumlah kematian 11 dan korban cedera mencapai 10, namun sumber kepolisian di Baghdad mengatakan bahwa 20 orang tewas dalam serangan itu.

Irak sedang berusaha memulihkan diri dari serangan-serangan bom besar dalam dua bulan terakhir, terutama di dan sekitar Baghdad, kota bergolak utara, Mosul, dan provinsi Anbar, Irak barat.

Kekerasan di kawasan itu antara lain disebabkan oleh perselisihan antara mayoritas Syiah dan minoritas Sunni serta etnik Kurdi. Irak selatan yang berpenduduk mayoritas Sunni relatif tenang.

Serangan-serangan terakhir itu terjadi pada hari ketika sekutu politik tradisional Perdana Menteri Nuri al-Maliki, seorang tokoh Syiah, menyatakan bahwa mereka telah membentuk aliansi sendiri untuk bersaing dalam pemilihan umum Januari, tanpa partai Dawa kubu Maliki.

Para analis mengatakan, perpecahan di jajaran kelompok-kelompok sektarian mengakibatkan sejumlah kekerasaan.

Pemerintah, yang menghadapi kecaman setelah serangan-serangan bom truk menewaskan hampir 100 orang pada Rabu dalam pemboman paling mematikan tahun ini, telah berjanji melipatgandakan pengamanan.

Rangkaian pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknya bertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antara orang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.

Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan, serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kini masih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.

Kekerasan di Irak mereda dalam 18 bulan terakhir, namun gerilyawan bisa bersembunyi di daerah-daerah pegunungan sekitar Mosul, 390 kilometer sebelah utara Baghdad, dan memanfaatkan perpecahan diantara orang-orang Arab dan Kurdi yang beselisih di kota itu.

Perselisihan di provinsi wilayah utara, Nineveh, yang beribukotakan Mosul, mengancam perpecahan di provinsi itu dan menimbulkan ketegangan yang bisa menciptakan ketidakstabilan jangka panjang di Irak.

Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiah akan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiah yang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalam kekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003.

Jumlah korban tewas akibat kekerasan di Irak turun hingga sepertiga menjadi 275 pada Juli, bulan pertama pasukan Irak bertanggung jawab atas keamanan di daerah-daerah perkotaan sejak invasi pimpinan AS pada 2003.

Kekerasan menurun secara berarti di Irak dalam beberapa bulan ini, namun serangan-serangan meningkat menjelang penarikan militer AS, dan 437 orang Irak tewas pada Juni -- jumlah kematian tertinggi dalam kurun waktu 11 bulan.

Perdana Menteri Nuri al-Maliki memperingatkan pada Juni bahwa gerilyawan dan milisi mungkin meningkatkan serangan mereka dalam upaya merongrong kepercayaan masyarakat pada pasukan keamanan Irak.

Sejumlah serangan bom besar dilancarkan sejak itu, dan yang paling mematikan adalah serangan bom truk pada 20 Juni di dekat kota wilayah utara, Kirkuk, yang menewaskan 72 orang dan mencederai lebih dari 200 lain dalam serangan paling mematikan dalam 16 bulan.

Serangan bom pada 24 Juni di sebuah pasar di distrik Syiah Kota Sadr di Baghdad timurlaut juga merupakan salah satu yang paling mematikan pada tahun ini, yang menewaskan sedikitnya 62 orang dan mencederai sekitar 150.

Namun, Maliki dan para pejabat tinggi pemerintah menekankan bahwa 750.000 prajurit dan polisi Irak bisa membela negara dari serangan-serangan yang dituduhkan pada gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda dan kekuatan yang setia pada almarhum presiden terguling Saddam Hussein.

Hanya sejumlah kecil pasukan AS yang menjadi pelatih dan penasihat akan tetap berada di daerah-daerah perkotaan, dan sebagian besar pasukan Amerika di Irak, yang menurut Pentagon berjumlah 131.000, ditempatkan di penjuru lain.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009