Banyak orang Indonesia di luar negeri rata-rata sudah ingin berhijrah untuk menabung di bank syariah
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo mengatakan modal inti perusahaan mengalami kenaikan dari posisi Desember 2019 sebesar Rp4,56 triliun menjadi Rp5 triliun pada Maret 2020 sehingga dapat masuk ke dalam kategori Bank BUKU 3.

“Kita memperoleh tambahan modal sebesar Rp255 miliar dalam bentuk penyertaan tanah di Pejompongan yang akan menjadi kantor pusat kami mungkin 2021 akan kita bangun,” katanya dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis.

Abdullah mengatakan BNI Syariah memiliki peluang untuk tiga bisnis berskala internasional setelah berhasil masuk dalam kategori bank BUKU 3 yaitu pembiayaan perdagangan, remitansi, serta ekspansi cabang di luar negeri.

Abdullah menuturkan dari pembiayaan perdagangan, terutama terkait Indonesia related business seperti bisnis impor dan ekspor memiliki potensi meningkatkan portofolio perusahaan mencapai Rp100 miliar dari sisi fee based income.

“Tapi dalam kondisi saat ini dan baru mulai pada Maret atau April kemungkinan kita bisa menambah fee based income Rp50 miliar sampai Rp70 miliar,” jelasnya.

Sementara untuk remitansi atau pengiriman uang dari enam juta TKI juga memiliki potensi yang cukup besar kepada fee based income dari exchange rate dan komisi pengiriman uang yaitu mencapai Rp20 miliar sampai Rp30 miliar.

Selanjutnya untuk ekspansi cabang rencananya BNI Syariah akan bersinergi dengan kantor cabang BNI yang berada di luar negeri seperti Singapura, Tokyo, London, Hong Kong, New York, dan Korea maupun bank-bank internasional.

Menurut dia, saat ini banyak orang Indonesia yang tinggal di luar negeri lalu memilih untuk menabung di bank syariah sehingga hal tersebut menjadi potensi tersendiri bagi BNI Syariah.

“Banyak orang Indonesia di luar negeri rata-rata sudah ingin berhijrah untuk menabung di bank syariah,” ujarnya.

Ia mengaku pihaknya telah menyiapkan sumber daya manusia dan teknologi dalam rangka merealisasikan bisnis tersebut termasuk mengajak tenaga ahli yang akan ditempatkan di cabang untuk layanan advisory.

“Kita harus menyiapkan SDM dan IT. Kalau IT kita bersinergi dengan bank induk lalu kalau SDM kita merekrut para pemilik sertifikat trade finance termasuk menyiapkan orang-orang yang trade finance advisory lalu ditempatkan di kantor cabang,” katanya.

Sementara itu, Direktur Kepatuhan BNI Syariah Tribuana Tunggadewi mengatakan penambahan permodalan secara inbreng Rp255 miliar telah direncanakan sejak 2019 dan dilakukan sebelum akhir Maret 2020 oleh pemegang saham.

"Sebenarnya rencananya dari 2019. Pemegang saham akan menambahkan modal ke BNI syariah dalam bentuk aset tidak dalam bentuk tunai. Secara legal itu disebut dengan inbreng,” katanya.

Tribuana menuturkan penambahan modal pada Maret tersebut merupakan satu rangkaian dari rangkaian selanjutnya yaitu berupa inbreng aset BNI induk yang ada di Aceh dengan nilai Rp150 miliar.

"Saat ini sedang dalam proses di Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan direncanakan akan menambah modal BNI syariah di sekitar pertengahan atau akhir Juni 2020,” katanya.

Baca juga: BNI Syariah optimistis kuat hadapi dampak pandemi COVID-19

Baca juga: Triwulan I 2020 laba BNI Syariah naik 58,1 persen

Baca juga: Selama COVID-19, transaksi mobile banking BNI Syariah melonjak

Baca juga: BNI Syariah siap bantu nasabah pembiayaan terdampak COVID-19

 

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020