Kami optimistis dengan adanya wacana New Normal ini tetapi memang harus diimbangi dengan kesadaran masyarakat, terutama yang berada di dunia usaha.
Solo (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Surakarta menyambut baik wacana Normal Baru yang disiapkan oleh pemerintah Republik Indonesia dalam rangka menghadapi pandemi COVID-19.

"Paling tidak butuh waktu satu atau dua bulan bagi perusahaan untuk beradaptasi dengan New Normal' ini," kata Sekretaris Apindo Surakarta Wahyu Haryanto di Solo, Kamis.

Baru setelah itu, ujar dia, pihaknya optimistis dunia usaha akan cepat beraktivitas kembali dan diharapkan bisa mempekerjakan seluruh karyawannya lagi.

Bahkan, menurut dia, jika situasi mulai membaik dan pesanan kembali banyak, tidak menutup kemungkinan karyawan yang sempat dirumahkan akan dipanggil kembali.

"Kami optimistis dengan adanya wacana New Normal ini tetapi memang harus diimbangi dengan kesadaran masyarakat, terutama yang berada di dunia usaha," kata Sekretaris Apindo.
Baca juga: Pengamat berharap pekerja di DKI Jakarta rasakan tatanan normal baru

Menurut dia, nantinya akan ada budaya baru di dalam perusahaan, di antaranya jadwal masuk kantor secara bergiliran, penerapan jaga jarak, dan perusahaan wajib menyediakan tempat cuci tangan di banyak titik.

"Sebetulnya untuk protokol kesehatan itu sudah kami terapkan, ke depan kemungkinan akan ditingkatkan lagi," katanya.

Salah satu yang bisa dilakukan, dikatakannya, mengatur jarak antara satu meja kerja dengan yang lain mengingat tidak semua jenis pekerjaan bisa dikerjakan dari rumah.
Baca juga: Kakorlantas siapkan kenormalan baru layanan publik dan berkendaraan

"Kalau industri manufaktur kan harus datang ke pabrik. New Normal ini bisa mengembalikan kegiatan perusahaan lagi, tentu dengan protokol kesehatan yang wajib dipatuhi," katanya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo memantau kemampuan daerah mengendalikan penularan virus corona penyebab COVID-19 dan kesiapan daerah menerapkan tatanan kenormalan baru.

Kepala Negara mengatakan pelaksanaan tatanan kenormalan baru akan tergantung pada parameter epidemiologi yang menunjukkan tingkat penularan virus di masing-masing daerah.

Baca juga: Era normal baru, penumpang KRL dilarang bicara dan telepon
Baca juga: Muhammadiyah minta pemerintah jelaskan kebijakan soal kenormalan baru
Baca juga: Anggota DPR: Menkopolhukam bangun kesadaran jalani kehidupan normal

Pewarta: Aris Wasita
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2020