Dengan komitmen untuk negara-negara mencapai target-target pembangunan (sesuai SDGs) pada tahun 2030 ini juga menjadi tantangan dengan adanya COVID-19
Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 yang telah mengakibatkan krisis di berbagai belahan dunia membawa tantangan bagi negara-negara yang telah berkomitmen untuk menjalankan pembangunan berkelanjutan yang sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dalam acara diskusi virtual bertajuk Building A New and Better Normal: SDGs in the Post-Pandemic di Jakarta, Kamis, Direktur Pembangunan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri RI, Agustaviano Sofjan, menyebut pandemi COVID-19 membawa sejumlah tantangan bagi berbagai negara, termasuk Indonesia, dalam  mencapai 17 tujuan yang tertuang dalam SDGs.

“Dengan komitmen untuk negara-negara mencapai target-target pembangunan (sesuai SDGs) pada tahun 2030 ini juga menjadi tantangan dengan adanya COVID-19,” kata Agus dalam acara diskusi yang digelar oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama Multilateral Kemlu RI itu.

Tantangan yang dihadapi akibat pandemi global tersebut, menurut dia, mencakup ketiga pilar SDGs, yakni pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Baca juga: Pengamat: SDGs perlu keluar dari isu teknis untuk pengaplikasian
Baca juga: Program warisan dunia UNESCO berkontribusi pada perdamaian, SDGs


Dari sisi ekonomi, pandemi berdampak negatif pada stabilitas penawaran dan permintaan, pertumbuhan ekonomi, serta penghidupan masyarakat. Pada pilar sosial, pandemi meningkatkan risiko bagi wanita, anak-anak, lansia, dan pekerja informal.

Sedangkan untuk pilar lingkungan, pandemi COVID-19 justru membawa dampak positif yakni berkurangnya emisi akibat kegiatan ekonomi yang menurun. Namun, Agus mengatakan dampak positif tersebut hanya bersifat sementara.

Sementara itu, anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat RI, Dyah Roro Esti Widya Putri, mengatakan salah satu tantangan Indonesia di bidang lingkungan terkait COVID-19 justru akan muncul saat pandemi berakhir dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) atau pembatasan pergerakan (physical distancing) tidak lagi diberlakukan di daerah-daerah.

Pasalnya, saat ini permintaan listrik dari masyarakat tengah menurun, karena banyaknya tempat-tempat publik seperti hotel dan pusat perbelanjaan yang tutup dan tidak menggunakan listrik seperti biasanya.

“Setelah COVID-19 berlalu, permintaan energi tentu akan mengalami peningkatan yang drastis, dan ke depannya, diharapkan Indonesia dapat merealisasikan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, yakni paduan antara faktor ekonomi, sosial, dan lingkungan,” ujarnya.

Masa usai pandemi, usai wabah COVID-19 berlalu nantinya, dianggap dapat menjadi kesempatan untuk melakukan perbaikan dalam upaya mencapai pembangunan berkelanjutan, namun, Agustaviano Sofjan mengatakan penerapan tatanan baru atau ‘new normal’ yang digaungkan oleh pemerintah juga dapat disikapi secara positif sebagai kesempatan untuk membangun Indonesia menuju pembangunan yang lebih baik.

Dia mengajak semua pihak untuk mengambil peran masing-masing dalam mendukung pencapaian SDGs dan dalam menghadapi COVID-19.

Selain itu, dia juga menggarisbawahi pentingnya kerja sama antarnegara secara multilateral sebagai kunci untuk mengatasi pandemi global ini. “Dengan semangat gotong royong kita suarakan kepada masyarakat internasional,” tambahnya.

Baca juga: Bappenas sebut pencapaian target SDGs terdampak pandemi COVID-19
Baca juga: Pengamat: Implementasi SDGs perlu isu yang dibutuhkan masyarakat


Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020