Kotabaru (ANTARA News) - Sejak awal Ramadhan 1430 Hijriah keberadaan gelandangan dan pengemis (gepeng) mulai marak dan berkeliaran di pusat perbelanjaan, perkantoran dan permukiman warga di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Kehadiran mereka selain meresahkan masyarakat, juga dianggap telah mengganggu para pengunjung pasar, karyawan kantor dan di pusat perbelanjaan.

"Saya merasa risih saat belanja di pasar dan supermarket, baru saja hendak masuk, beberapa orang gepeng langsung menyerbu dan minta uang," kata Fitriah, Selasa.

Ia menduga `gepeng` tersebut dikoordinir oleh oknum warga, karena mereka saling kenal dan akrab antara `gepeng` satu dengan yang lainnya.

"Mungkin mereka memanfaatkan momen bulan puasa ini, karena sebelum bulan Ramadhan jumlah peminta-minta hanya satu-dua orang saja, tetapi kini mereka datang berombongan," katanya.

Mereka mendatangi rumah dan kantor serta toko-toko meminta zakat dan sedekah.

Seperti tahun sebelumnya, aksi gepeng itu akan berlanjut hingga menjelang lebaran, bahkan jumlah mereka juga akan bertambah dibandingkan dengan sekarang yang mangkal di pusat perbelanjaan, permukiman dan perkantoran.

Selain orangtua telah lanjut usia, sebagian besar jumlah gepeng yang berkeliaran adalah masih berusia belasan tahun. Mereka diduga siswa sekolah dasar di Kotabaru.

"Daripada saya mencuri, lebih baik saya meminta-minta," kata Udin, salah seorang gepeng yang mengaku tidak sekolah dengan alasan tidak memiliki biaya.

Meski pemerintah daerah telah membebaskan biaya sekolah, kata Udin, biaya pembelian buku paket masih membuat orang tuanya tidak mampu menyekolahkannya yang berhenti sejak kelas IV SD.

Sebelumnya, Bupati Kotabaru H Sjachrani Mataja mengatakan, pemerintah telah mengalokasikan 20 persen dana APBD untuk sektor pendidikan.

"Selain itu, pemerintah juga telah membebaskan biaya pendidikan mulai SD-SMA," katanya.

Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kotabaru, drg Cipta Waspada hingga saat ini belum berhasil dikonfirmasi, terkait maraknya gepeng dalam bulan puasa.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009