Purwokerto (ANTARA) - Burung Garuda terbang tinggi, mengepak sayap menembus pagi di awal Juni.

Karena hari ini seluruh bangsa sedang memperingati hari lahir Pancasila, sang penguat dan pemersatu negeri.

Momentum 1 Juni mengingatkan kembali bahwa Pancasila merupakan karya agung para pendiri untuk masyarakat Indonesia yang beragam, baik dari sisi bahasa, kepercayaan maupun tradisi.

Dengan pluralitas yang mewarnai, Indonesia telah berhasil menunjukkan diri sebagai negara kesatuan dalam bingkai NKRI. Dan Pancasila merupakan kata kunci.

Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Edi Santoso mengatakan bahwa Pancasila berisikan nilai-nilai dasar yang telah menjadi konsensus bagi segenap bangsa Indonesia.

Menurut Koordinator Program Studi Magister Ilmu Komunikasi FISIP Unsoed tersebut, relevansi Pancasila sebagai pemersatu bangsa sudah teruji puluhan tahun dengan segala tantangannya.

Selain itu, Pancasila menurut dia adalah merupakan nilai, yang menjadi pemandu sikap dan juga tindakan segenap anak bangsa.

"Ini yang masih terus menjadi tantangan, yakni mengenai bagaimana mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana menginternalisasi nilai-nilai dasarnya," ujarnya.

Terlebih lagi pada era digital seperti saat ini di mana manusia dapat dengan mudah saling terhubung kapanpun dan di manapun maka masuknya nilai-nilai budaya dari luar semakin tak terelakkan.

"Ideologi transnasional semakin lazim. Sehingga kehadiran Pancasila makin menjadi relevan, untuk memberikan identitas kita sebagai sebuah bangsa," ucapnya.

Karena itu, menurut dia masyarakat harus terus berupaya untuk menghidupkan dan membumikan serta mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

"Melalui momentum ini, setidaknya ada beberapa hal yang harus diingat dari Pancasila, salah satunya bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan sangat plural, sehingga selalu menyimpan kerawanan untuk tercerai berai. Namun, Pancasila selama ini telah menjadi alat pemersatu yang sangat ampuh," katanya menegaskan.

Dia mengingatkan tantangan tidak hanya berasal dari dalam, tetapi juga dari luar, terutama sejak derasnya arus globalisasi.

Selain itu, tambah dia, Indonesia memiliki generasi milenial dengan karakternya yang unik, dan nantinya akan menjadi pewaris bangsa. Karenanya, penting untuk mengenalkan, menghidupkan dan membumikan Pancasila kepada para generasi muda tersebut.

Melawan pandemik

Momentum hari lahir Pancasila dalam masa pandemik sekarang ini juga makin menunjukkan relevansi terkait dengan nilai-nilai dasar seperti solidaritas sosial dan gotong royong.

Menurut Edi Santoso, berdasarkan fakta yang ditunjukkan oleh banyak survei, solidaritas sosial masyarakat Indonesia untuk menghadapi dampak dari pandemik ini nisbi tinggi.

"Pandemik memang tak semata harus dihadapi dengan teknologi. Karena yang paling penting adalah dengan sikap yang konstruktif, terlebih kita harus bersiap dengan normal baru, yang kesuksesannya bertumpu pada kedisiplinan, ketaatan, penghormatan pada orang lain, juga empati, yang semuanya ini merupakan nilai-nilai dasar Pancasila," tuturnya.

Hal senada disampaikan oleh Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Prof. Ade Maman, ia mengingatkan bahwa peringatan hari lahir Pancasila merupakan momentum tepat untuk memperkuat persatuan bangsa dalam menghadapi COVID-19.

"Ini momentum yang tepat untuk memperkuat persatuan dan kesatuan, bersatu dalam rangka mengatasi ujian bangsa ini dalam menghadapi COVID-19 beserta dampak sosial maupun ekonomi yang ditimbulkan," katanya.

Dia menjelaskan bahwa peringatan hari lahir Pancasila memang perlu menjadi momentum untuk mengingatkan kembali pentingnya mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

"Pancasila harus diinternalisasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari baik dalam ranah privat maupun berbangsa dan juga bernegara. Terlebih saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi ujian besar dalam upaya pencegahan dan penanganan COVID-19," imbuhnya.

Dengan demikian, kata dia, maka perlu bagi seluruh elemen bangsa untuk makin mendekatkan diri kepada sang pencipta sebagai bangsa yang religius dan berketuhanan Yang Maha Esa.

Selain itu, berdasarkan kondisi ini juga semua elemen bangsa tengah diuji untuk terus berempati kepada sesama di tengah berbagai kesulitan, mulai dengan berempati terhadap para pejuang kemanusiaan yakni para tenaga medis di garda terdepan hingga empati terhadap para pasien COVID-19.

"Mari kita amalkan Pancasila dengan terus meningkatkan empati, bahu membahu dan bersatu padu dalam menghadapi COVID-19 ini," katanya mengajak.

Sementara itu, dia juga menambahkan bahwa peringatan hari lahir Pancasila perlu juga menjadi momentum untuk menjadikan dan mengedepankan musyawarah sebagai jalan terbaik dalam memecahkan berbagai persoalan bangsa.

Selain itu, peringatan hari lahir Pancasila juga perlu menjadi momentum yang tepat untuk makin mewujudkan keadilan sosial dan keadilan kolektif bagi seluruh rakyat Indonesia.

Hal senada juga disampaikan oleh akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman lainnya yakni Nana Sutikna.

Nana mengatakan peringatan hari lahir Pancasila dapat menjadi momentum untuk instropeksi diri, untuk mawas diri serta mengingat kembali apakah sila-sila dari Pancasila telah diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dosen Filsafat Komunikasi, Magister Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman tersebut menjelaskan, Pancasila merupakan dasar negara dan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia.

Karenanya, tentu apa yang dianggap baik dalam kehidupan bangsa dan penyelenggaraan negara ini bermuara pada nilai-nilai Pancasila.

Dengan demikian, marilah bersama-sama kita membumikan serta mengamalkan Pancasila dan memperkuat persatuan menghadapi pandemik COVID-19.

Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020