Saya melihat banyak pelaku UMKM yang melakukan adaptasi dan bisnis terhadap permintaan baru. Saya optimistis, UMKM selalu fleksibel dan dinamis untuk melihat peluang usaha baru.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki mengatakan koperasi dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) masih berpeluang untuk berkembang di tengah pandemi COVID-19.

“Saya melihat banyak pelaku UMKM yang melakukan adaptasi dan bisnis terhadap permintaan baru. Saya optimistis, UMKM selalu fleksibel dan dinamis untuk melihat peluang usaha baru,” kata Teten Masduki dalam keterangannya, Selasa.

Ia mengatakan, selama masa darurat COVID-19 dan penerapan PSBB di beberapa wilayah ada perilaku konsumen yang berubah.

Baca juga: Menkop buka peluang kerja sama dengan semua e-commerce pendukung KUMKM

Tercatat penjualan di e-commerce mulai Maret 2020 terus meningkat hingga 18 persen.

“Ini luar biasa. Kebijakan ‘di rumah saja’ mendorong penjualan kebutuhan primer, di mana kebutuhan masyarakat akan makan dan minum selama PSBB paling banyak dari UMKM naik 52,6 persen, keperluan sekolah naik 34 persen. Kebutuhan personal seperti masker dan hand sanitizer, juga tumbuh 29 persen,” kata Teten.

Hanya saja, Teten mengakui bahwa UMKM yang terhubung dengan market daring ini baru sekitar 13 persen atau sekitar delapan juta pelaku usaha.

Sementara itu yang 70 persen lebihnya belum terhubung, karena tidak memiliki infrastruktur dasar, termasuk minim literasi.

Teten meminta para pelaku e-commerce untuk membuka laman UMKM di market mereka supaya produk UMKM semakin banyak dijual di market online, sehingga, market online tidak didominasi produk impor.

Baca juga: Menkop percepat transformasi UMKM hadapi pandemi COVID-19

Selain itu, bagi UMKM yang belum terhubung dengan sistem pembiayaan, akan bisa langsung masuk ke program relaksasi. Dengan begitu, nantinya seluruh UMKM bisa terhubung dengan sistem pembiayaan.

Teten berharap sejumlah pihak salah satunya Komite Pengusaha Mikro Kecil Menengah Indonesia Bersatu (KOPITU) membantu mendorong mereka yang selama ini belum pernah mendapat pembiayaan dari perbankan misalnya KUR, untuk bisa mendapatkan pembiayaan dari program relaksasi itu, atau ke koperasi simpan pinjam.

Aktivasi dan perluasan penyerapan pasar (“market driven”) juga menjadi program Kementerian Koperasi dan UKM selama ini untuk mendorong perbaikan UMKM agar bisa naik kelas. “Ini yang sedang kami terus carikan solusinya,” kata Teten.

Baca juga: Menkop sebut 20 juta UMKM diprediksi belum dapat program pemulihan

Sebagian UMKM ini tidak memiliki toko, pasar pun terbatas di lingkungan sekitar, maka menjadi penting untuk didorong masuk ke market online.

“Walaupun nanti sudah terhubung dengan market online, tidak berarti serta-merta penjualan langsung meningkat,” kata Teten.

Menurut Teten, persaingan di market online dari sisi brand dan kualitas juga menjadi faktor yang penting. Masalah utama di UMKM, brand UMKM terlalu banyak untuk satu jenis produk. Misalnya, produk kopi, keripik, bakpia, dan sebagainya. Pihaknya juga akan berkonsolidasi melalui Smesco Indonesia, yang akan meluncurkan skema brand bersama.

Selain itu, kapasitas produksi di UMKM juga masih rendah sehingga, kalau didorong ke market online yang pasarnya nasional dan ekspor, namun dengan keterbatasan kapasitas produksi, akan ditinggalkan konsumen. “Konsolidasi UMKM ini menjadi hal penting untuk dilakukan,” kata Teten.

Oleh karena itu, Teten mengatakan, pemerintah sudah merumuskan lima langkah untuk menjawab masalah-masalah tersebut, yaitu program bantuan sosial untuk usaha ultra mikro, insentif pajak, stimulus pembiayaan, pinjaman baru yang dipermudah, serta BUMN sebagai penyangga bagi produk-produk sektor pertanian dan perikanan.

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020