Jakarta (ANTARA News) - MNC Sky Vision pemilik merek dagang Indovision sebagai penyedia layanan televisi berbayar mengembangkan program bertajuk Sabuk Informasi di sejumlah wilayah perbatasan Indonesia.

"Kami harapkan dengan adanya Indovision, masyarakat Pulau Sebatik dapat menikmati tayangan seluruh tv nasional," kata Dirut MNC Sky Vision (Indovision), Rudy Tanoesoedibjo, di Jakarta Senin.

Pihaknya mengembangkan Program Sabuk Informasi Indovision untuk Indonesia sebagai salah satu program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaannya bagi program penguatan kesatuan nasional melalui penyiaran dengan memberikan tayangan-tayangan nasional menggunakan Indovision di daerah-daerah perbatasan di Indonesia.

Pada Senin (31/8) diresmikan program tersebut di Pulau Sebatik, Kalimantan Timur, yang merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, Malaysia.

Pulau Sebatik yang jaraknya hanya sekitar setengah jam perjalanan laut dari ibu kota Kabupaten Nunukan, merupakan pulau terluar yang berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sabah, Malaysia.

Pulau itu terbagi menjadi dua, sebagian masuk wilayah Indonesia dan sebagian lainnya masuk wilayah Malaysia.

Rudy mengatakan, penduduk Pulau Sebatik umumnya menentukan harga barang dalam mata uang ringgit Malaysia. Bukan cuma dalam soal harga barang mereka berpatokan pada Malaysia, untuk siaran televisi pun mereka lebih sering menyaksikan tayangan televisi Malaysia.

Tidak mengherankan jika kemudian mereka lebih mengetahui perkembangan sosial dan politik di Malaysia dibandingkan dengan di negeri sendiri.

"Untuk itu diharapkan dengan adanya pemberian bantuan perangkat dan channel Indovision dapat memberikan kontribusi penguatan budaya bangsa Indonesia di daerah perbatasan," katanya.

Lebih lanjut Rudy menambahkan, Program Sabuk Informasi Indovision untuk Indonesia akan terus bergulir di titik-titik serambi Indonesia.

"Dan nantinya diharapkan memberikan kontribusi yang baik bagi ketahanan nasional, apalagi diketahui saat ini telah terjadi pergeseran dari perang fisik menjadi perang informasi," katanya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009