Sukabumi (ANTARA News) - Sedikitnya 100 orang warga Kelurahan Cipanengah, Kacamatan Lembur Situ, Kota Sukabumi, Jawa Barat, Rabu malam, mengungsi ke pemakaman umum China, Sentiong karena khawatir terjadi gempa susulan.

Seratus warga tersebut mengungsi dengan mendirikan tenda di tengah-tengah makam China, Sentiong, bahkan ada puluhan warga yang mendirikan tenda di tanah kosong.

"Kami enggan masuk ke rumah karena khawatir terjadi gempa susulan seperti yang terjadi pada Rabu sore tadi," kata salah seorang warga setempat, Mimin.

Menurut dia, gempa yang terjadi pada Rabu sore cukup besar, bahkan sempat membuat sebagian rumah warga rusak.

"Kami masih trauma dengan gempa yang begitu besar tersebut," katanya.

Ketua RT04/RW 07 Kelurahan Cipanegah, Kacamatan Lembur Situ, Saifudin Sabeni mengatakan, sedikitnya 40 kepala keluarga (KK) dengan jumlah 100 jiwa lebih terpaksa mengungsi ke pemakaman umum China, Sentiong karena mereka khawatir terjadi gempa susulan.

"Di wilayah ini terdapat tujuh rumah mengalami kerusakan, sementara puluhan rumah mengalami retak-retak pada bagian dindingnya," katanya.

Sementara itu, Dandim 06/07 Sukabumi Letkol (Inf) Muhammad Yusuf yang tiba di lokasi pengungsian mengimbau kepada warga yang mengungsi di pemakaman umum Cina agar kembali ke rumahnya masing-masing karena saat ini kondisinya sudah aman.

"Masyarakat tidak perlu khawatir terjadi gempa susulan karena saat ini kondisinya sudah aman. Silakan masyarakat kembali ke rumahnya masing-masing karena saya akan menerjunkan petugas untuk melakukan pengamanan," kata Muhammad Yusuf yang juga sebagai Ketua Satkorlak Penanggulangan Bencana Alam (PBA) Sukabumi.

Ia mengatakan, adanya masyarakat yang khawatir terjadinya gempa susulan sehingga mengungsi menandakan bahwa sosialisasi dari pemerintah daerah, baik Pemkot maupun Pemkab Sukabumi tentang tanggap bencana masih kurang.

"Sosialisasi masyarakat tentang tanggap bencana sangat diperlukan," katanya seraya menambahkan alat pendeteksi dini gempa sangat dibutuhkan guna mengetahui kapan gempa itu terjadi.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009