Disesuaikan dengan minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses terhadap fasilitas
Jakarta (ANTARA) - Perwakilan kluster pendidikan yang tergabung di dalam Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) menyerahkan materi pengayaan pendukung kegiatan belajar dari rumah kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Materi pengayaan dimaksud berupa informasi sumber-sumber belajar untuk peserta didik maupun tenaga pendidik yang bersifat bahan bacaan, lembar aktivitas, panduan berkegiatan bersama anak-anak dan remaja.

Baca juga: DPR minta pemerintah buat aplikasi khusus pendidikan jarak jauh

"Kami sangat mengapresiasi dukungan organisasi pendidikan yang telah mencurahkan perhatian serta memberikan materi-materi pengayaan yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk memastikan pendidikan tetap berjalan di masa pandemi ini," ujar Sekretaris Jenderal Kemendikbud Ainun Na'im dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.

Dia menambahkan sebanyak lebih dari 200 materi pengayaan dikumpulkan oleh UNICEF bersama anggota klaster pendidikan yaitu Save The Children, Plan International Indonesia, Wahana Visi Indonesia, Kerlip, Predikt, LPBI NU, Muhammadiyah Disaster Management Center, Asia Foundation, Kompak, Inovasi/TASS, Tanoto Foundation, KYPA, Caritas Indonesia, Zenius, Ruang Guru, Google Indonesia, Microsoft Indonesia, SekolahMu dan lainnya yang tergabung dalam Seknas SPAB.

Baca juga: Darurat COVID-19, kelima kalinya Jember perpanjang belajar di rumah

Materi-materi pengayaan belajar dari rumah dapat diakses publik melalui laman bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id. Semua materi dapat diperbanyak dan dipergunakan untuk kepentingan pembelajaran, khususnya mendukung program belajar dari rumah.

Ainun Na'im mengungkapkan bahwa kegiatan belajar dari rumah (BDR) dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan kurikulum.

Baca juga: Depok perpanjang lagi masa siswa belajar di rumah hingga 18 Juni

"Maka, belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup, misalkan mengenai pencegahan penyebaran atau penularan COVID-19 ini kepada peserta didik. Materinya bisa disesuaikan dengan usia dan jenjang pendidikan, maupun konteks budaya di lingkungan sekitar, serta kekhususan peserta didik," kata dia.

Sejumlah aktivitas dan penugasan selama belajar dari rumah sangat dimungkinkan bervariasi antar daerah, antar satuan pendidikan, dan juga antar peserta didik.

"Disesuaikan dengan minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses terhadap fasilitas." kata Ainun lagi.

Data Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) per 27 Mei 2020 menunjukkan sebanyak 646.000 satuan pendidikan terdampak bencana nonalam COVID-19.

Sedangkan jumlah siswa terdampak mencapai 68.801.708 siswa yang dilaporkan melaksanakan kegiatan belajar dari rumah. Dari hasil survei singkat Seknas SPAB pada bulan April 2020, sebanyak 30,8 persen responden mengalami kendala belajar dari rumah dikarenakan koneksi jaringan internet.

"UNICEF akan selalu mendukung Kemendikbud dalam pemenuhan hak pendidikan anak terutama dalam situasi darurat pandemi COVID-19 ini, dengan memastikan keberlanjutan belajar anak baik melalui pengembangan panduan serta materi pengayaan khususnya bagi anak-anak di daerah marginal yang tidak memiliki akses internet," kata Chief of Education UNICEF Indonesia, Hiroyuki Hattori.
 

Pewarta: Indriani
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020