Jakarta (ANTARA/JACX) - Sebuah unggahan di media sosial Twitter menyebutkan susu merek KEFIR berbahaya karena dapat meledak sebagaimana terjadi di RSUD di Sampit, Kalimantan Tengah.

Dalam unggahan pada Senin (1/6), pengguna Twitter menyertakan sebuah video, selain narasi teks, yang menampilkan susu kefir meledak dan sempat terkena tangan salah seorang pasien COVID-19 di ruang isolasi RSUD itu.

"Ini tangan nih, mau mindahkan, kena ledakannnya. Katanya susu fermentasi. Kami tidak berani pegang, takut meledak," ujar salah seorang pasien yang merekam tangan rekannya sesama pasien setelah terkena cipratan cairan putih selain menunjukkan botol plastik berisi cairan putih dengan tutup masih rapat.

Perekam video itu menyatakan pula sempat meminum susu kefir itu yang dirasanya terasa asam.

"Saya dari awal dinyatakan positif, sedikitpun tidak bergejala. Tapi, dikasi macam2 begini.. susu kefir, rasanya asam banget tadi malam, tidak enak. Tapi, saya minum saja. Katanya obat. Katanya bagus untuk kesehatan," ujar pasien yang merekam video di ruang isolasi itu.

Hingga Kamis (4/6) malam, unggahan itu telah mendapatkan komentar dari 18 pengguna lain Twitter, 68 kali diunggah ulang, serta disukai 116 pengguna lain.
 
Unggahan misinformasi terkait susu kefir yang meledak saat akan dikonsumsi. (Twitter)


Penjelasan:

Penelusuran ANTARA terkait susu kefir menunjukkan minuman itu merupakan warisan kuliner yang bersumber dari Nabi Muhammad dan telah dikembangkan masyarakat Timur Tengah.

Mengutip salah satu artikel dari situs HelloSehat, susu kefir dibuat dari susu sapi atau kambing yang telah difermentasi dengan bakteri asam laktat, regi, dan zat polisakarida. Bentuknya mirip yoghurt dengan tekstur kental dan rasa asam.

Susu kefir bermanfaat antara lain mencegah dan memerangi sel kanker, bantu detoksifikasi racun, meningkatkan kekebalan tubuh, menambah kekuatan tulang, mencegah alergi dan asma, serta meredakan intoleransi laktosa.

Namun, penyimpanan dan cara konsumsi susu kefir harus diketahui oleh calon konsumen karena minuman itu mengandung bakteri fermentasi yang bereaksi dalam waktu dan suhu tertentu.

Salah satu kajian tentang susu kefir dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang menyebutkan kefir yang disimpan di dalam lemari pendingin akan lebih baik jika segera dikonsumsi, atau setidaknya hingga tiga hari penyimpanan.

Di sisi lain, seorang dokter asal Madiun Cahyo Purnomo, dalam unggahan di akun YouTube miliknya menyatakan kandungan bakteri baik dalam susu kefir lebih banyak dibanding minuman yoghurt ataupun prebiotik lain.

"Sebagaimana yogurt ataupun minuman prebiotik lain, susu kefir harus disimpan di lemari es agar bakteri yang terkandung di dalamnya dalam kondisi pasif atau istirahat sehingga proses metabolisme bakteri itu lambat," ujarnya terkait cara mencegah susu kefir meledak jika dibiarkan dalam suhu ruang.

Sementara dalam salah satu balasan atas unggahan akun Twitter yang menyebut susu kefir berbahaya karena meledak itu terdapat penjelasan dari donatur yang memberikan susu itu untuk petugas ataupun pasien COVID-19 di RSUD dr. Murjani, Sampit, Kalimantan Tengah.

Donatur dengan nama akun Facebook Maria Ulfah itu menyatakan susu kefir itu tidak langsung dikonsumsi dan bahkan berada di suhu ruang selama lebih dari 24 jam.

"Nah, baru kemarin dikasih ke pasien jamaah. Ternyata tidak langsung diminum dan sempat 24 jam lebih. Eh, meledak. Hebohlah. Akhirnya saya konfirmasi. Mereka paham dan minta maaf. Sisi positifnya, mereka banyak tahu dan mau belajar," demikian unggahan akun Maria Ulfah itu.

Dengan demikian, unggahan terkait susu kefir yang disebut berbahaya itu merupakan unggahan misinformasi karena sang pemilik akun tidak mengetahui lebih lengkap fakta tekait susu kefir.
 
Unggahan konfirmasi dari donatur susu kefir di RSUD dr Murjani, Sampit, terkait produk minuman itu yang meledak saat akan dikonsumsi. (Facebook)

Klaim: Susu kefir berbahaya karena meledak
Rating: Misinformasi

Baca juga: Selain kopi, empat minuman sehat ini cocok untuk memulai hari Anda

Baca juga: Tren gaya hidup positif pada fase normal baru

Pewarta: Tim JACX
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2020