Ambon (ANTARA News) - Group band Jazz berkelas internasional asal Negeri Belanda, Boi Akih tampil memukau ratusan penonton yang memadati gedung teater tertutup Taman Budaya, Karang Panjang, Kota Ambon, Sabtu malam.

Vokalis Boi Akih berdarah Maluku, Monica Akihary tampil "menggoyang" Taman Budaya didampingi sang suami sebagai gitaris Niels Brouwer sekaligus komposer grup band itu, serta Owen Hart Jr (drum), Eric Calmes (bass), Marten Ornstein (saxofon/klarinet).

Sang vokalis berdarah Maluku, Monica Akihary, malah tampil lebih memukau dengan longdres bermotif hawai, dan hanya bertelanjang kaki, untuk membuka konser itu dengan melantunkan tembang lawas "Apa-Apa Jaga kelapa" dan "Pante Silale" dari album mereka bertajuk `Lagu-lagu`. Album yang dibuat oleh Monica dan teman-temannya tersebut berisi koleksi lagu-lagu dari Maluku.

Sebanyak 12 tembang yang diaransir ulang berirama folks dan jazz dilantunkan suara merdu Monica dan personil Boi akih lainnya, seakan mampu "menyihir" sekitar 600-an penonton yang memadati gedung teater tertutup Taman Budaya itu.

"Tahun 2006 ketika saya Pulang Kampung di Haruku. Saya menciptakan sebuah lagu dengan bahasa Haruku berjudul "Mano Pombo". Maluku sangat bagus," ungkap Monica kemudian menyanyikan lagu tersebut dan tepuk tangan dan sorakan ratusan warga Ambon yang tergolong haus akan hiburan.

Bahkan lagu "Ole sio" yang mengisahkan tentang kerinduan seorang perantau akan keluarganya di kampung halaman, mendapat respons meriah penonton, karena masing-masing personil grup band melakukan interlude sekaligus menunjukkan kemampuan mereka yang berkelas dunia dalam memainkan alat musik.

Kepala Seksi Pers dan Kebudayaan Kedutaan Besar Belanda, Paul J.A.M. Peter, mengaku kehadiran Boi Akih untuk konser di Ambon dan beberapa Kota di Indonesia, sudah direncanakan sejak lama.

"Kehadiran Boi Akih ini sudah lama direncanakan. Tujuannya untuk memberi kesempatan kepada masyarakat Maluku menikmati lagu-lagu Maluku Tempo dulu yang diaransemen ulang secara modern dalam bentuk irama jazz dan folks," katanya.

Dia menegaskan, selama kurun waktu dua tahun terakhir ini pihaknya terus memfasilitasi kehadiran artis Belanda keturunan Maluku untuk pulang dan melakukan konser di kampung halamannya.

"Kini saatnya lagu-lagu daerah Maluku yang semakin terkenal di Belanda dan Eropa dikembalikan untuk dinikmati masyarakat di daerah asalnya sendiri," ujar Paul Peter.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Maluku, Florance Sahusilawane, saat membuka konser itu, berharap generasi muda di daerah ini lebih mencintai seni dan budaya sendiri, terutama lagu-lagu daerah yang mulai terlupakan.

"Kebanyakan masyarakat, terutama generasi muda tidak tertarik dengan musik jazz, padahal musik ini sudah sangat mendunia. Beberapa waktu lalu grup band keluarga asal belanda, Van Diyk juga melakukan konser di Ambon. Generasi muda perlu menjaga dan melestarikan seni budayanya sendiri," tandasnya.

Konser gratis Monica dan Boi Akih juga disaksikan sejumlah pejabat di Maluku dan Kota Ambon termasuk Miss Belanda 2005 Lisa Sopacua, Direktur Jenderal (Dirjen) Asean Departemen Luar Negeri (Deplu) RI, Djauhari Oratmangun.

Kehadiran Monica dan suaminya di Ambon untuk konser adalah yang kedua kalinya, setelah yang pertama tahun 2006 lalu bertepatan dengan perayaan HUT Kemerdekaan 17 Agustus dan HUT Provinsi Maluku, 19 Agustus 2006.

Kala itu tidak kurang 100 artis berdarah Maluku dari dalam dan luar negeri tampil melakukan konser akbar, untuk mendukung rekonsiliasi dan pembangunan kembali Maluku pasca konflik sosial 1999 lalu.

Monica dan grup bandnya juga akan tampil bersama penyanyi berkelas internasional Glen Fredly pada malam puncak perayaan HUT ke-434 Kota Ambon, yang dipusatkan di Lapangan Merdeka, Minggu (6/9) malam, dan diakhiri dengan pesta kembang api.

Sejak tiba di Indonesia 3 September lalu, Boi Akih langsung melakukan konser di Amphi Theater, Erasmus Huis, Jakarta, selanjutnya di Taman Budaya, Karang Panjang, Ambon, (5/9), Lapangan Merdeka, Kota Ambon, (6/9), serta Workshop dan konser di kampus ITB, Bandung (9/9).(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009