di berbagai negara terjadi penurunan konsumsi energi secara drastis karena adanya "lockdown" dan pembatasan kegiatan ekonomi
Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Pembina Yayasan Mitra Hijau, pendiri Clean Indonesia Channel, Dicky Edwin Hindarto, yang juga pakar efisiensi energi dan pasar karbon, mengatakan bahwa kebijakan normal baru akan mengalihkan fokus penggunaan energi ke kegiatan rumah tangga.

"Penggunaan energi untuk perkantoran, sekolah, jalan raya, dan industri, sekarang berpindah ke rumah tangga sehingga ada kecenderungan pemakaian energi akan lebih boros," katanya kepada Antara di Jakarta, Sabtu.

Ia menambahkan bahwa di berbagai negara terjadi penurunan konsumsi energi secara drastis karena adanya lockdown dan pembatasan kegiatan ekonomi.

“Permintaan minyak dunia bisa berkurang 9 persen, dan kembali seperti tahun 2012 karena berkurangnya konsumsi BBM untuk transportasi dan industri, sedangkan permintaan batubara diproyeksikan turun 8 persen karena penurunan kebutuhan listrik. Untuk permintaan akan gas juga diproyeksikan akan turun lebih dalam setelah kuartal pertama 2020," jelasnya.

Begitu pula permintaan terhadap energi nuklir akan turun karena turunnya kebutuhan listrik. Namun, permintaan akan energi terbarukan justru diproyeksikan meningkat
karena keandalannya di sisi keberlanjutan pasokan.

Menurut Dicky, selama ini kampanye hemat energi banyak dilakukan oleh pemerintah maupun swasta dan NGO. Kebanyakan kegiatan komunikasi tersebut sebelum masa pandemi Covid-19 dilakukan tanpa strategi komunikasi yang baik dan berkelanjutan.

Sementara itu, di masa pandemi sangat sedikit kegiatan kampanye hemat energi. Sementara itu, pendiri Center for Public Relations, Outreach and Communication (CPROCOM) Emilia Bassar dalam kesempatan yang sama saat diskuai mengatakan terjadinya pandemi Covid-19 memberikan tantangan baru bagi banyak pihak dan sektor dalam penanganan perubahan iklim di Indonesia.

"Kami khususnya CPROCOM terus menyuarakan komunikasi transformasional untuk
menggerakkan seluruh elemen masyarakat bertindak menjaga kondisi alam di era normal baru yang kondisinya lebih baik dari masa sebelum terjadinya wabah Covid-19," kata Emilia.
Baca juga: Terdampak COVID, pengusaha ingin harga energi dikaji ulang
Baca juga: Kementerian ESDM: Anggaran stimulus energi sebesar Rp6,9 triliun

 

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2020