Garut (ANTARA News) - Belasan personel "Asian Moslem Charity Foundation" (AMCF) diterjunkan ke titik lokasi pengungsian korban terjangan gempa bumi berkekuatan 7,3 pada skala Richter di Kabupaten Garut.

Mereka tiba di kawasan selatan Garut sehari setelah peristiwa yang sekurang-kurangnya menghancurkan 2.965 rumah penduduk, juga menyebabkan 7.253 rumah rusak berat, 3.697 rusak sedang, 17.453 rusak ringan serta 172 rumah terancam, kata Dewan Pembina Yayasan Muslim Asia tersebut, dr H. Helmi Budiman.

Di lokasi yang berjarak ratusan kilometer arah selatan dari pusat kota Garut itu, selain disediakan satu unit mobil ambulans, juga antara lain disebar 7.000 dus makanan berbuka puasa, dua kuintal kurma untuk tajil, serta bantuan 20 unit tenda pengungsian.

Bahkan diselenggarakan pula pengobatan massal bagi lebih kurang 2.000 pasien, yang umumnya banyak menderita panas demam, batuk dan infeksi pernapasan akut (ISPA) termasuk diare, katanya.

Kegiatan lainnya, melaksanakan advokasi atau pendampingan psikologis termasuk menyerap aspirasi dan keluhan pengungsi, terutama bagi mereka yang keluarganya tewas tertimbun reruntuhan bangunan, luka berat dan yang kehilangan tempat tinggal akibat hancur.

Kegiatan itu dilakukan agar mereka tak mengalami traumatis dan didera kesedihan yang berkepanjangan, dan bangkit kembali dari keterpurukan nasibnya, kata Helmi Budiman.

Namun dia mengingatkan, penanggulangan korban pascagempa bumi bisa efektif dan membuahkan hasil maksimal, jika sebelumnya kerap dilakukan pelatihan dan praktik lapangan yang tak hanya diikuti pelaksana lapangan, melainkan perlu ikut sertanya para pejabat teras Pemda setempat.

Karena merupakan pekerjaan kolektif, juga terkoordinasi serta terpadu sehingga tidak banyak menuai keluhan keterlambatan pasokan bantuan logistik, yang jumlahnya-pun sangat terbatas, kata Helmi Budiman.

Sebelumnya dilaporkan, penanganan korban bencana gempa bumi di Kabupaten Garut, selama ini dinilai oleh sebagian besar pengungsi terkesan belum rapi.

Selain pendistribusian bantuan logistik kerap terlambat, juga sering tak merata pada setiap titik lokasi, sebagaimana diungkapkan pengungsi di wilayah Garut Selatan di antaranya Rochman(35).

Sementara itu Camat Cisompet U. Haerudin, M.Si saat dihubungi terpisah mengemukakan, keterlambatan pasokan terjadi akibat sampai sekarang masih terkendala sarana angkutan, dari posko kecamatan ke belasan titik lokasi pengungsian, yang berjauhan dengan kondisi ruas jalan desa memprihatinkan.

Setiap bantuan logistik yang tiba di posko kecamatan, setelah dilakukan pendataan administrasi didistribusikan ke lokasi pengungsian, yang sering terpaksa dipikul aparat desa, katanya.

Keterangan serupa mengemuka pula dari para camat lainnya termasuk Camat Cibalong H. Dik Dik. AR, bahkan mereka menyatakan aparatnya sering mendapat bentakan kemarahan masyarakat.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009