program kartu prakerja didesain sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi dan ketrampilan teknis masyarakat sehingga masyarakat bisa mandiri di tengah lesunya perekonomian sebagai dampak pandemi COVID-19.
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Senior Raden Pardede mengatakan program kartu prakerja cukup efektif di tengah situasi yang sulit sekarang, penekanannya lebih kepada bantuan sosial, namun pascapandemi, titik tekannya pada peningkatan kompetensi sehingga masyarakat diharapkan bisa mandiri secara ekonomi.

"Selain mendapatkan ketrampilan teknis, saat COVID-19, masyarakat bisa tertolong karena ada bantuan sebesar Rp600.000 per bulan selama 4 bulan setelah menyelesaikan pelatihan," katanya di Jakarta Selasa.

Dikatakannya, program kartu prakerja didesain sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi dan ketrampilan teknis masyarakat sehingga masyarakat bisa mandiri di tengah lesunya perekonomian sebagai dampak pandemi COVID-19.

Baca juga: Akademisi: Kartu Prakerja dorong kemandirian ekonomi wirausaha

Sebagai ekonom independen, Pardede menilai standar materi pelatihan yang diberikan sangat baik, masyarakat bisa memilih berbagai bentuk topik pelatihan sesuai dengan minat dan kemampuan teknis dasar masing-masing.

Pada masa pandemi, pelatihan diberikan secara online namun setelah COVID-19 berlalu, program pelatihan tersebut akan dilaksanakan dengan tatap muka secara langsung.

"Pelatihan dengan tatap muka langsung lebih relevan, mudah dipahami serta lebih mudah dalam masuk lapangan pekerjaan baru," ujarnya melalui keterangan tertulis.

Baca juga: Pelatihan Kartu Prakerja diharapkan beri materi hadapi "new normal"

Terkait apakah peserta pelatihan prakerja ini otomatis akan terserap di dunia kerja, menurut dia kartu prakerja tidak bisa menjadi tumpuan satu-satunya, namun harus ada kerja sama dengan dunia usaha.

"Peran Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Pendidikan juga penting dalam menyukseskan program kartu prakerja tersebut," katanya.

Pardede juga mengingatkan bahwa program kartu prakerja yang disusun pemerintah menyasar pada masyarakat kelas menengah.

"Targetnya adalah masyarakat menengah dengan pendidikan SMA, meski tidak tertutup kemungkinan lulusan SMP bisa mengikuti program ini. Bagi masyarakat berpendidikan tinggi sebaiknya tidak perlu mengikuti program ini karena bukan menjadi sasaran prioritas," katanya.

Baca juga: IGJ: Efektivitas Kartu Prakerja perlu terukur jelas

Sementara itu pengamat kebijakan publik Agus Pambagyo menilai pemerintah perlu melakukan kajian agar materi pelatihan yang diberikan dalam program kartu prakerja tepat sasaran dan relevan dengan kebutuhan industri.

Pemerintah, tambahnya, juga harus punya alasan yang kuat untuk menetapkan satu program pelatihan sebelum menjalankannya, termasuk penunjukan vendor serta nilai program penetapan.

"Hal ini penting karena saat ini banyak materi pelatihan yang gratis melalui berbagai platform sosial media. Karena itu riset sangat menentukan nilai lebih serta keberhasilan dari program kartu prakerja," katanya.

Agus berpendapat, program kartu prakerja bisa disebut berhasil jika peserta program kartu prakerja bisa terakomodasi jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak memiliki kartu.

"Minimal dalam kurun waktu sekarang hingga 5 tahun ke depan atau ketika persoalan COVID ini selesai banyak peserta program kartu prakerja yang bisa terakomodasi untuk memenuhi kebutuhan SDM di industri," ujarnya.

Menurut dia, program kartu prakerja bisa menjadi salah satu strategi pemerintah mencegah melonjaknya angka pengangguran di tengah pandemi COVID-19.

Pewarta: Subagyo
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020