Mungkin kondisi seperti ini akan berjalan setahun, lalu merangkak naik pelan-pelan.
Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memprediksi aktivitas di pusat perbelanjaan atau mal yang sepi dapat berlangsung hingga satu tahun ke depan.

"Mungkin kondisi seperti ini akan berjalan setahun, lalu merangkak naik pelan-pelan," ujar Ketua umum APPBI Stefanus Ridwan dalam diskusi daring bertajuk "MarkPlus Industry Roundtable Retail Industry Perspective" di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan meski pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai memasuki transisi dan masyarakat sudah beraktivitas kembali, tidak akan serta merta membuat masyarakat memenuhi pusat-pusat perbelanjaan.

Baca juga: Pemkot Bogor izinkan pembukaan mal dengan persyaratan ketat

"Rasa was-was masih terasa. Kalau pun ke mal, mereka diprediksi hanya seperlunya lalu secepatnya kembali ke rumah," katanya.

Selain itu, lanjut dia, faktor keuangan masyarakat yang belum membaik akibat terdampak COVID-19 juga turut mempengaruhi konsumen untuk mengurangi aktivitasnya ke pusat-pusat perbelanjaan.

Saat ini, lanjut dia, kebutuhan sekunder seperti pakaian tidak lagi menjadi barang yang dicari konsumen. Barang-barang kesehatan seperti suplemen dan vitamin penjaga daya tahan tubuh yang cenderung meningkat

"Masyarakat datang ke mal atau pusat perbelanjaan bukan jalan-jalan, tapi membeli kebutuhan primer. Kebutuhan sekunder tidak dicari lagi," ucapnya.

Baca juga: Pemkot Depok mulai buka pusat perbelanjaan 16 Juni 2020

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) Kany Soemantoro, yang mayoritas 60 persen anggotanya berkecimpung di bisnis suplemen merasakan peningkatan penjualan di awal masa COVID-19.

"Namun sayang sekali Mei stagnan meski demand-nya tinggi, pasokan tersendat sehingga sulit memenuhi permintaan pelanggan," katanya.

Perubahan kebiasaan konsumen juga dirasakan oleh pendukung pusat perbelanjaan seperti restoran. Boga Group yang mayoritas restorannya berada di mal menyatakan sebelum COVID-19 sekitar 92 persen bisnisnya "dine in".

"Namun sejak Maret pengunjung mal turun drastis sampai akhirnya ditutup. Sekarang sekitar 98 persen bisnis kami delivery, di mana dua persennya dine in karena ada di kota-kota yang tidak menerapkan PSBB ketat seperti Samarinda dan Yogyakarta," kata Direktur Boga Group Kusnadi Rahardja.

Baca juga: Bantah mal di DKI akan buka 5 Juni, APPBI: Kami tunggu arahan pemda

Dengan situasi saat ini, lanjut dia, pihaknya membuka 22 restoran khusus di luar mal yang khusus melayani delivery di Jakarta, Surabaya, Semarang, sampai Medan.

"Awalnya mereka menawarkan makanan ready to eat, kini frozen food menjadi salah satu produk utama," katanya.

Dengan bergesernya kebiasaan konsumen, Kusnadi memprediksi bisnis restoran tidak akan seperti sebelum COVID-19 meski konsumen rindu untuk makan di restoran.

"Saya prediksi 60 persen bisnis kami masih akan ada di dine in pasca COVID-19. Namun porsi delivery akan menjadi 40 persen karena sudah terbiasa ketika PSBB," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020