... produksi aerosol yang dihasilkan dari proses merawat dan memperbaiki gigi pasien, berpotensi mengandung virus berbahaya.
Makassar (ANTARA) - Fakultas Kedokteran Gigi bersama Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar menghasilkan inovasi teknologi kesehatan yang diberi nama E-MAGIC (Extraoral Mobile Aerosol Guide Channel) versi UH1 untuk mengatasi COVID-19.

Ketua Tim E-Magic Unhas Muh Ansar, ST MSc PhD di Makassar, Kamis menjelaskan FT dan FKG berinisiatif membuat alat yang dapat menyerap buangan aerosol, membunuh bakteri dan virus, kemudian memprosesnya kembali menjadi udara bersih.

“Keunggulan alat kami adalah biaya pembuatan relatif sangat murah dibandingkan produk sejenis yang umumnya masih kita impor. Selain itu, kemampuan alat ini setara dengan mesin-mesin sejenis. Alat ini sangat dibutuhkan oleh tenaga medis, terutama dalam bidang kesehatan gigi,” kata Ansar dalam acara perkenalan E-magic kepada Rektor Unhas.

Ia menjelaskan, pembuatan produk inovasi ini dilandasi oleh kondisi yang dihadapi oleh para tenaga medis, khususnya dalam bidang kesehatan gigi.

Pada saat dokter gigi merawat pasien di klinik atau rumah sakit, ancaman yang dihadapi adalah munculnya aerosol dari pasien yang berpotensi mengandung bakteri dan virus.
Baca juga: UI kembangkan ragam inovasi tangani wabah COVID-19

Dalam situasi pandemi, ancaman keselamatan tenaga medis ketika merawat pasien gigi menjadi lebih besar. Produksi aerosol yang dihasilkan dari proses merawat dan memperbaiki gigi pasien, berpotensi mengandung virus berbahaya.

Apalagi jika pasien adalah Orang Tanpa Gejala (OTG) yang merupakan pembawa virus COVID-19 yang saat ini menjadi pandemi global.

Prototipe ini telah diuji coba pada Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Unhas, dan dapat bekerja sempurna. Proses pembuatan prototipe ini membutuhkan waktu singkat. Awalnya, direncanakan selama seminggu. Namun, karena beberapa komponen didatangkan dari luar negeri, sehingga prosesnya menjadi tiga minggu.

“Karena ini prototipe, biayanya mencapai hampir 20 juta. Namun untuk produksi selanjutnya, kami perkirakan di bawah 10 juta rupiah. Komponen lokal yang dikandung adalah 60 persen, sementara 40 persen komponen masih harus kita datangkan dari luar,” lanjut Ansar.

Dekan FT Unhas, Prof Dr. Ir. M. Arsyad Thaha, MT, menjelaskan bahwa produk ini merupakan kebutuhan penting s
aat ini. Begitu pihaknya mengetahui ada persoalan terkait perawatan gigi yang dihadapi tenaga medis, pihaknya merespon cepat untuk berkolaborasi mendesain dan menghasilkan produk ini.

“Prototipe yang kita luncurkan dan perkenalkan hari ini adalah generasi pertama. Ini akan terus dikembangkan menjadi lebih sempurna. Rencana pengembangan lanjutannya adalah menyempurnakan tampilan, serta menambahkan teknologi kontrol melalui suara. Kita juga akan memproduksi dalam jumlah besar, sambil menunggu ijin edar dari lembaga terkait,” kata Prof Arsyad.
Baca juga: Kemenristek kucurkan Rp20 miliar untuk riset dan inovasi atasi corona
Baca juga: Pelajar SMK Kota Malang produksi cairan pembersih tangan

 
Rektor Unhas Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA menguji E-MAGIC (Extraoral Mobile Aerosol Guide Channel) versi UH1 untuk mengatasi COVID-19 di Makassar, Selasa,(9/6).ANTARA/HO/Humas Unhas
Ruslin, Sp BM(K) PhD, mengaku alat ini baru pertama dihasilkan oleh perguruan tinggi di Indonesia.

Ada kampus lain yang baru tahap merencanakan dan membuat proposalnya, dan Unhas sudah menghasilkan.

“Dalam suasana pandemi, masyarakat diminta menutup mulut dengan masker. Tetapi di rumah sakit dan klinik gigi, pasien diminta untuk membuka mulut. Itukan potensi menyebarkan virus yang sangat besar. Itulah sebabnya, produk ini saya yakin akan sangat dicari,” kata Ruslin.

Rektor Unhas Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA menyatakan apresiasi dan penghargaan atas respon cepat dari kolega di FKG dan FT Unhas. Apalagi, dalam proses pembuatannya, tim ini juga melibatkan mahasiswa.

“Sekarang ini mahasiswa kita didorong oleh memiliki pengalaman langsung dalam menghasilkan inovasi. Saya bersyukur, karena kita dapat mendukung program Merdeka Belajar sekaligus terus berinovasi sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Model kolaborasi seperti inilah yang selalu kita harapkan,” kata Prof Dwia.

Prof Dwia selanjutnya meminta agar produk ini terus dikembangkan agar semakin sempurna. Sementara itu, mengingat produk ini sudah dapat beroperasi, maka dirinya berharap FKG dan FT dapat meneruskan produksi dan menyalurkan kepada pihak yang membutuhkan, terutama rumah sakit dan klinik gigi.

Cara kerja E-Magic UH1

Secara konseptual, E-Magic berfungsi untuk menyerap buangan aerosol, percikan saliva, dan darah dalam lingkup kerja kedokteran gigi. Alat ini mengaplikasikan metode disinfektasi empat layer, yaitu: HEPA 10, HEPA 12, UV-C, dan HEPA 12.

Saat dinyalakan, aerosol yang diproduksi dan berasal dari mulut pasien akan dihisap oleh suction, kemudian masuk melalui houst. Aerosol ini akan dibawa menuju cleaning room yang akan melewati proses pembersihan bertahap, yaitu: pemisahan virus dan bakteri melalui filter HEPA (dua kali), kemudian sterilisasi dengan lampu UV-C.

Pada saat udara dan aerosol keluar dari cleaning room pada dasarnya sudah steril. Namun untuk memastikan kesterilan udara, maka udara yang melewati gerbang keluar disaring lagi dengan filter HEPA.

Dengan proses empat layer ini, maka dapat dipastikan udara yang keluar sudah benar-benar bersih dari virus dan bakteri. Salah satu keunggulan dari E-Magic ini adalah filter HEPA yang digunakan bersifat washable, sehingga tidak perlu membeli atau mengganti filter baru.
Baca juga: Kementan luncurkan inovasi produk tangkal Corona berbahan eucalyptus
Baca juga: Pertamedika IHC memulai inovasi untuk sistem pelacakan cepat COVID-19

Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020