Jakarta (ANTARA) - HBO Max telah mencabut film "Gone with the Wind" dari platform streaming yang baru dirilis karena menggambarkan perbudakan, kata WarnerMedia, Rabu (9/6) waktu setempat. HBO Max mengikuti jejak perusahaan media lain yang mencabut acara televisi kontroversial di tengah isu ras yang makin sensitif di AS.

Kematian George Floyd di tangan polisi Minneapolis menimbulkan unjuk rasa melawan rasisme di Amerika Serikat, juga memaksa perusahaan memeriksa lagi serial atau film yang menampilkan rasisme di dalamnya.

Baca juga: Animasi komedi kerajaan Inggris "The Prince" akan tayang di HBO Max

Baca juga: "Friends" edisi reuni berpeluang tayang di HBO Max


"Gone with the Wind", film peraih Oscar, berlatar belakang perkebunan di negara bagian Georgia saat Perang Sipil, diadaptasi dari buku Margaret Mitchell.

"Gone With The Wind adalah produk pada zaman itu dan menggambarkan beberapa prasangka etnis dan ras yang, sayangnya, sudah biasa di masyarakat Amerika," kata juru bicara WarnerMedia.

"Penggambaran rasis di film itu tak benar, baik dulu maupun sekarang."

Dikutip dari Vanity Fair, film itu takkan dicabut selamanya. "Gone with the Wind" akan kembali dengan materi baru untuk menjelaskan konteks sejarah.

Ironisnya, film itu juga bertanggungjawab atas apa yang dianggap sebuah kemajuan di Hollywood pada masanya. Hattie McDaniel, pemeran budak Mammy, mendapatkan penghargaan aktris pendukung terbaik Academy Award, piala Oscar pertama untuk aktor Afrika-Amerika. Dia juga merupakan aktor Afrika-Amerika pertama yang mendapatkan nominasi.

Aktor berkulit hitam berikutnya yang jadi nominator adalah Ethel Waters, sepuluh tahun kemudian, lewat film "Pinky". Kemenangan berikutnya baru terjadi 24 tahun setelahnya McDaniel, yakni Sidney Poitier sebagai aktor terbaik dalam film "Lillies of the Field" (1963).

Baca juga: HBO Max akan dirilis pada 27 Mei

Baca juga: J.J. Abrams buat serial "The Shining" dan "Justice League Dark"

Baca juga: HBO Max kembali tunda syuting dan rilis edisi reuni "Friends"

Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020