Permintaan jeruk dalam negeri pun semakin meningkat di masa COVID-19 saat ini dan memberikan peluang untuk lebih dikembangkan
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian mengungkapkan selama pandemi virus corona baru atau COVID-19 terjadi peningkatan permintaan terhadap buah-buahan, khususnya buah yang mengandung vitamin C tinggi seperti jeruk.

Direktur Buah dan Flori Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Liferdi di Jakarta, Kamis mengatakan pandemi COVID-19 telah meningkatkan kesadaran publik terhadap pentingnya hidup sehat.

Masyarakat kerap melakukan segala cara agar terhindar dari serangan coronavirus, mulai dari rutin berolahraga, mengonsumsi makanan yang lebih sehat, hingga membeli produk-produk kesehatan.

Baca juga: Balitbangtan hasilkan varietas jeruk kualitas ekspor

Jeruk, lanjutnya, memiliki kandungan vitamin C sebesar 53,2 mg per 100 gr selain itu terdapat pula antioksidan, flavanoid, beta karoten dan hesperidin yang berfungsi sebagai pembentuk antibodi tubuh dan dapat meningkatkan imunitas tubuh.

"Hal ini menjadikan permintaan jeruk dalam negeri pun semakin meningkat di masa COVID-19 saat ini dan memberikan peluang untuk lebih dikembangkan," katanya saat webinar bertema "Tantangan dan Peluang Agribisnis Jeruk di Masa dan Pascapandemi COVID-19" yang diselenggarakan Balai Penelitian Jeruk dan Buah Sub Tropika (Balitjestro) Badan Litbang Pertanian Kementan.

Sementara itu, Kepala Balitjestro Harwanto menambahkan pihaknya memperkenalkan pemasaran online melalui bimbingan teknis online, riset potensi jeruk (kulit buah dan daging) sebagai pencegahan virus corona, serta mengolah kulit jeruk yang dianggap sebagai limbah menjadi minyak atsiri dari jeruk manis dan purut.

Terkait penyediaan aneka ragam jeruk di Tanah Air, ia mengatakan saat ini telah terdaftar berbagai varietas unggul substitusi impor, di antaranya keprok JOP, Ortaji, Orinda Agrihorti, DN Sabilulungan, Siam Banjar, Topazindo Agrihorti, Soe 86 Agrihorti, Krisma Agrihorti, keprok RGL, dan masih banyak lainnya.

Dalam beberapa kesempatan sebelumnya, Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry juga telah menegaskan bahwa pengembangan jeruk asli Indonesia akan terus digenjot untuk dapat bersaing dengan jeruk impor.

"Kualitas jeruk kita lebih baik, lebih segar, dan lebih manis. Dan, dengan adanya pengembangan buah jeruk oleh Kementan di Balitjestro di Batu, produksi jeruk di Indonesia diupayakan terus meningkat dengan kualitas ekspor yang tidak kalah dengan jeruk negara lain," ujarnya.

Sementara itu, Business Development Manager PT Laris Manis Vendi Tri Suseno mengungkapkan bahwa preferensi konsumen Indonesia umumnya memilih jeruk untuk dikonsumsi langsung, baik peras maupun olah, dengan 90 persen meminta tingkat brix yang tinggi.

"Konsumen sebenarnya tidak mengharuskan jeruk berwarna kuning atau oranye, mereka juga menyukai jeruk berwarna hijau, selama rasanya manis," katanya.

Muhtar Efendi, selaku petani jeruk di lereng Gunung Lawu, menjelaskan bahwa di wilayahnya dirinya telah mengembangkan jeruk lemon dan Dekopon/DN Sabilulungan, yang untuk lemon segar telah dipasarkan lima ton per bulan ke Solo dan Yogyakarta.

Selain itu, sari buah lemon penjualannya 1.500 botol per bulan, 1.000 liter per bulan curah, dengan pemasaran online dan offline.

"Kami juga memanfaatkan limbah kulit lemon untuk membuat tepung kulit lemon sebagai lulur mandi dengan kapasitas 300-400 botol per bulan melalui pemasaran online dan offline," katanya.

Baca juga: Balitbangtan sebut jeruk Indonesia siap bersaing dengan jeruk impor
Baca juga: Padi-jeruk pemanfaatan lahan rawa yang menjanjikan

Pewarta: Subagyo
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020