Jakarta (ANTARA) - Perusahaan manajer investasi PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menilai penanganan COVID-19 menjadi kunci keyakinan investor terhadap pasar saham domestik.

Portfolio Manager MAMI Andrian Tanuwijaya mengatakan, sama halnya dengan bursa saham global, penguatan pasar saham Indonesia juga didorong oleh optimisme investor terhadap pembukaan ekonomi secara bertahap.

Tentu kemudian, lanjut Andrian, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah seberapa cepat ekonomi dapat pulih setelah perekonomian kembali dibuka.

Baca juga: Peneliti : Normal baru buka peluang kepercayaan investor

"Kami cukup meyakini bahwa Indonesia, dengan konsumsi domestik yang menjadi kontributor utama ekonomi, dapat mengalami pemulihan relatif lebih cepat.
Atas dasar hal itu, saat ini keberhasilan penanganan COVID-19 benar-benar menjadi menjadi kunci utama kembalinya keyakinan investor di pasar saham," ujar Andrian di Jakarta, Jumat.

Andrian menuturkan, beberapa indikator yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi seperti inflasi inti, penjualan ritel, konsumsi rumah tangga dan keyakinan konsumen, menunjukkan pelemahan.

Kebijakan pembatasan aktivitas sosial guna mengendalikan penyebaran COVID-19, sangat memukul konsumsi domestik yang selama ini menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Untuk pertama kalinya konsumsi domestik tumbuh di bawah tiga persen. Hal itulah yang kemudian membuat PDB Indonesia pada kuartal satu hanya tumbuh 2,97 persen (yoy).

Baca juga: BKPM: Industri makanan paling diminati investor

Sementara indikator ekonomi yang berkaitan dengan stabilitas seperti defisit neraca berjalan, volatilitas rupiah, cadangan devisa dan persepsi risiko, menunjukkan perbaikan.

"Perbaikan indikator stabilitas ekonomi mengkonfirmasi membaiknya kondisi fundamental Indonesia. Menjaga stabilitas perekonomian menjadi sangat krusial mengingat kebutuhan pembiayaan pemerintah yang tinggi di tahun ini," ujar Andrian.

Andrian menambahkan, secara fundamental, pasar saham Indonesia masih menawarkan peluang yang menarik. Valuasi saat ini yang minus satu standar deviasi dari periode 10 tahun, terlihat sangat menarik.

Disamping itu, memperhitungkan proyeksi pertumbuhan "earnings" atau pendapatan tahun ini yang merupakan salah satu yang terendah di kawasan, dibandingkan dengan kinerja tahun berjalan IHSG per 3 Juni 2020 yang sudah turun 21 persen, tampaknya potensi risikon penurunan yang besar (downside risk) pasar saham Indonesia sudah semakin terbatas.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020