Jakarta (ANTARA News) - Kesadaran kolektif untuk membaktikan diri bagi pertiwi tengah berlangsung pada 4 September lalu di Jakarta yang dihadiri oleh para tokoh masyarakat Sulawesi Tenggara (Sultra).

Melalui sebuah tauziah mereka berkeyakinan bahwa kesempatan bagi putra-putri dari provinsi tersebut untuk berbakti dalam posisi-posisi strategis di pusat pemerintah maupun di parlemen sudah saat diperbesar, walau saat ini juga disadari dalam kenyataannya masih sangat sedikit.

Dari inventarisasi yang dilakukan, baru La Ode Djeni Hasmar yang dinilai pernah menempati posisi paling strategis yang pernah diraih tokoh asal Sultra. Itu pun hanya pada Wakil Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI periode 1999-2004.

Selain Djeni Hasmar, disebut-sebut La Ode Ida sebagai orang kedua dari Sultra yang pernah menjabat di posisi strategis, yaitu Wakil Ketua DPD periode 2004-2009.

"Kita harus berubah dan mengambil peran. Sekarang saatnya, karena kita memiliki peluang itu," kata tokoh Sultra Prof Ir Mahmud Hamundu.

Pertemuan itu kemudian sampai pada titik rekomendasi, yaitu mengusulkan tujuh nama ke Presiden Yudhoyono agar dipertimbangkan menjadi menteri dan mendorong terciptanya peluang bagi tokoh asal Sultra untuk menempati posisi strategis lainnya.

Ketujuh nama yang diusulkan, yaitu Prof Ir Mahmud Hamundu MSi, La Ode Djeni Hasmar, Ali Mazi, SH, Prof Dr Rustam Tamburaka, Nur Alam, SE , Jend Pol Ansyaad serta Dr La Ode Ida.

Dari tujuh nama yang diinvetarisasi, nama La Ode Ida paling mencuat kepermukaan. Yayasan Kalalite sebagai sebua lembaga yang menaruh perhatian terhadap eks Kesultanan Buton merekomendasikan nama La Ode Ida.

Mudjur Muif, tokoh masyarakat dari yayasan tersebut menilai, La Ode Ida memiliki figur yang berdedikasi tinggi, mempunyai jaringan yang luas serta pekerja sosial.

"Dia memiliki kecakapan dan merupakan tokoh kebanggaan Sultra," katanya.


Siap maju

Wacana seperti itu telah banyak disampaikan kepada La Ode Ida sendiri sebelum berlangsungnya tauziah di Jakarta. Berdasarkan hal itulah Direktur Pusat Studi Pengembangan Kawasan 1999 itu pun segera mendeklarasikan kesiapannya untuk memimpin DPD RI pada 27 Agustus 2009.

Pada periode pertama ini, pimpinan DPD terdiri atas Ketua Ginandjar Kartasasmita (Jawa Barat), La Ode Ida (Sultra) dan Irman Gusman (Sumatera Barat). Ketiganya terpilih kembali sebagai anggota DPD hasil Pemilu 9 April 2009.

Ginandjar semula ingin mencalonkan lagi menjadi Ketua DPD RI , namun kemudian mengurungkan niatnya dengan alasan memberikan kesempatan bagi generasi kepemimpinan yang baru. Sedangkan La Ode dan Irman kini sama-sama menggalang kekuatan dan jaringan politik untuk pencalonan menjadi Ketua DPD RI mendatang.

"Rasanya merupakan saat yang tepat untuk tampil sebagai Ketua DPD, sekaligus sebagai bagian dari simbol perjuangan kepentingan daerah," kata peraih penghargaan "Penulis Terbaik" versi Pemda DKI Jakarta 1993.

La Ode menyatakan, sampai saat ini sejumlah dukungan sudah disampaikan oleh para anggota DPD terpilih periode 2009-2014 dan menjelang pemilihan dukungan itu diprediksi bertambah. Langkah maju ayah dua anak itu didasarkan atas makin banyaknya dukungan, juga melihat kondisi kepemimpinan DPD saat ini.

Menurut dia, dirinya semakin mantap maju jika Ketua DPD (saat ini) Ginandjar Kartasasmita memiliki pertimbangan lain untuk mengabdi pada posisi yang lain di lingkungan parlemen di Senayan, dalam arti tidak maju dalam persaingan memperebutkan posisi Ketua DPD dan mungkin akan maju di MPR.

Tokoh yang dikenal sebagai aktivis dan pengamat masalah sosial ini mengatakan, kepemimpinan DPD periode 2009-2014 harus tetap secara simbolik merepresentasikan wilayah dengan memperhatikan unsur keadilan dan kesetaraan antarkawasan.

Hal ini mengingat DPD sebagai bagian dari perekat NKRI, wadah akomodasi keragaman daerah yang berbasis kultur dengan berbagai nilai bawaannya.

Bagi La Ode Ida, DPD periode 2009-2014 dan selanjutnya perlu dikelola secara berkelanjutan dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keluhuran, memelihara dan semakin menunjukkan kewibawaan lembaga negara wakil daerah.

Persaingan dalam memperebutkan posisi pimpinan DPD, dengan demikian, harus tetap selalu menjaga wibawa dan martabat lembaga negara produk reformasi.

Dalam proses berjuang untuk tampil sebagai calon Ketua DPD RI periode 2009-2014, La Ode berupaya untuk tetap menjaga nilai-nilai etika sebagai wakil daerah, memelihara nilai-nilai kolegial sehingga tetap terjalin komunikasi dan atau hubungan baik berkelanjutan dengan para figur pesaing lainnya.

"Sebagai salah satu anggota DPD periode pertama, saya berusaha untuk selalu bertukar pengalaman dengan para anggota DPD yang baru terpilih pada periode kedua," kata politisi kelahiran Tobea, (Sultra) 12 March 1961 ini.

Ia berjanji akan melakukan terobosan baru dalam memperjuangkan kepentingan konstituen di daerah, mengangkat pencitraan dan kewibawaan DPD di mata publik daerah, nasional dan internasional.

Langkahnya untuk maju dan berkarir di dunia politik di tingkat pusat semakin mantap setelah dalam Pilkada Gubernur Sultra yang berpasangan dengan cawagub Andi kaharuddin pada 2007 kandas.

Sedangkan visi yang disampaikan La Ode Ida adalah memperjuangkan kepentingan daerah, menciptakan pemerintah daerah yang baik dan bersih

serta memberi contoh DPD sebagai lembaga dengan derajat akuntabilitas yang baik.


Kesakralan

La Ode Ida menegaskan kembali pencalonannya sebagai Ketua DPD
saat berbuka puasa dan berdialog dengan jajaran Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) di Jakarta, 9 September 2009.

Dia mengklain, sampai saat ini sudah banyak dukungan yang diperoleh, baik dari anggota DPD terpilih maupun dari organisasi kemasyarakatan. Selama lima tahun terakhir menjadi Wakil Ketua DPD, La Ode Ida telah meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi DPD melangkah ke depan.

Karena itulah dia meyakini bahwa niatnya untuk mencalonkan diri menjadi Ketua DPD akan memperoleh banyak dukungan. Dia juga mengemukakan bahwa kehadiran putra daerah dalam DPD merupakan bentuk representasi kepentingan daerah di parlemen.

"Roh DPD adalah menjaga nilai-nilai kesakralan kepentingan masyarakat di daerah. Kalau nilai-nilai itu terdesakralisasi, maka roh keberadaan DPD akan goyah," kata pria kelahiran Tobea, 12 Maret 1961

Karena itu, peraih penghargaan sebagai "Mahasiswa Teladan Depdiknas" tahun 1983 itu berniat mencalonkan diri untuk menjaga kesakralan nilai-nilai DPD ke depan bagi kepentingan masyarakat daerah. "Saya tampil untuk menjaga nilai-nilai kesakralan DPD dan menjaga etika DPD agar tidak terdesakralisasi," katanya.

Menurut dia, peluang untuk dirinya terpilih makin terbuka, apalagi Ketua DPD RI saat ini, Ginandjar Kartasasmita sudah menyatakan mundur dari pencalonan.

Publik masih mencermati bagaimana karir politik La Ode Ida, apakah akan mampu meraih obsesinya menjadi Ketua DPD RI dari posisinya saat ini sebagai Wakil Ketua DPD atau terpental dari bursa pencalonan dan harus puas sebagai anggota biasa.

Strategi pertarungan politik dan politik pertarungan sedang ditebar oleh semua calon Ketua DPD. Manuver dan intrik politik makin ramai menjelang pelantikan dan pemilihan pimpinan lembaga ini 1 Oktober 2009.

Penggalangan dukungan dan pertarungan gagasan atau ide dilakukan sampai akhirnya pada tahap pemilihan. Calon-calon ketua saling mengklaim dukungan, tetapi waktu dans ejarah yang akan mencatat siapa yang menang.


Riwayat Pendidikan :

- IKIP (Pembangunan Masyarakat) Jakarta 1981-1985

- Universitas Indonesia (UI) Jakarta 1991-1995

- Universitas Indonesia (Sosiologi) Jakarta 1991-1995

- Eisenhower Fellowship for Emerging Leader on Local Government, Eisenhower

Foundation, 2002

- International visitor Program on US Political System US Government - USA 1998

- Asia Pacific Workshop on Budet Management and Accountability UNDP Bangkok 2002

- LEAD (leadership for environment and Development program) Program setara S2 Jakarta, Costarica, Okinawa 1995-1997

Riwayat Jabatan :

- Dosen Unhalu Kendari 1987-2000

- Peneliti/Direktur LEPPSEK 1991-1999

- Dosen UNJ 2000-2004

- Peneliti/Direktur Pusat Studi pengembangan Kawasan 1999-sekarang
- Wartawan Angkatan Bersenjata Sultra 1987-1990

- Tim Ahli DPR (Fraksi Karya Pembangunan) 1997-1999

- National Management Team untuk City Development Strategy Bak Dunia 2001-2002

- Komisi Konstitusi MPR 2003-2004

- Advisory Team BAPPENAS 2004

- Wakil Ketua DPD RI 2004-2009

Prestasi/Nama Penghargaan :

_ Terpilih sebagai anggota Dewan Pengurus Parliamentary Network on the World Bank

(PNoWB Board) dalam konferensi tahunan (annual conference) di Paris, Perancis, 20-22 November 2008.

- Dewan Pengurus PNoWB dipilih `one man one vote" dengan mempertimbangkan aspek kewilayahan (regional), perwakilan negara donor untuk pembangunan negara berkembang (developing countries), dan gender

Visi : memperjuangkan kepentingan daerah, menciptakan pemerintah daerah yang baik dan bersih serta memberi contoh DPD sebagai lembaga dengan derajat akuntabilitas yang baik. (*)

Oleh Oleh Muryono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009