Kontrak emas turun 10,1 dolar AS atau 0,58 persen menjadi 1.727,2 dolar AS per ounce
Chicago (ANTARA) - Harga emas berjangka melemah lagi pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), memperpanjang kerugian akhir pekan lalu karena aksi ambil untung berlanjut, namun penurunannya dibatasi oleh pelemahan dolar AS dan kekhawatiran gelombang kedua infeksi virus corona.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, turun 10,1 dolar AS atau 0,58 persen, menjadi ditutup pada 1.727,2 dolar AS per ounce. Setelah turun 2,5 dolar AS atau 0,14 persen menjadi 1.737,30 dolar AS per ounce pada Jumat (12/6/2020).

Baca juga: Emas berjangka turun tipis, tertekan ketika ekuitas sedikit lebih kuat Emas berjangka naik 19,1 dolar AS atau 1,11 persen menjadi 1.739,8 dolar AS per ounce pada akhir perdagangan Kamis (11/6/2020), setelah sehari sebelumnya melemah 1,2 dolar AS atau 0,07 persen menjadi 1.720,70 dolar AS.

"Dalam suasana risk-off (penghindaran risiko) dolar menjadi aset yang menguntungkan dan itu menekan emas," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures, dikutip dari Reuters.

"Tetapi sejak pertemuan Federal Reserve AS, emas telah merangkak turun karena pasar emas tidak mendapatkan lebih banyak stimulus moneter dari The Fed, tidak ada tambahan penurunan suku bunga atau pembelian aset."

The Fed mempertahankan suku bunga acuan dalam kisaran target nol hingga 0,25 persen minggu lalu.

Terhadap sekeranjang mata uang, dolar AS melemah tetapi masih bertahan di dekat level tertinggi lebih dari satu minggu di sesi sebelumnya.

Emas juga berada di bawah tekanan karena Survei Manufaktur Negara Bagian New York yang dirilis pada Senin (15/6/2020) menunjukkan indeks kondisi bisnis meningkat 48 poin menjadi negatif 0,2 pada Juni. Ini lebih baik dari yang diperkirakan dan meskipun masih dalam negatif, ini merupakan stabilisasi ukuran ini.

Investor masih khawatir tentang kemungkinan gelombang kedua COVID-19, yang akan memberikan dukungan jangka menengah untuk logam mulia karena akan mengacaukan perekonomian, menyebabkan bank sentral bereaksi dengan stimulus, meningkatkan inflasi.

Beijing telah mencatat lusinan kasus baru dalam beberapa hari terakhir, sementara infeksi baru dalam jumlah rekor melanda lebih banyak negara bagian AS.

Emas juga menghadapi tekanan deflasi dalam jangka pendek, kata analis Saxo Bank Ole Hansen. "Inflasi jatuh karena penurunan permintaan konsumen dan pembukaan kembali ekonomi yang lambat," kata Hansen. "Jadi itu mengurangi permintaan untuk emas."

Tetapi, kekhawatiran virus menekan Wall Street, menjaga emas di atas level psikologis penting 1.700 dolar AS per ounce, dengan para analis mengatakan lintasan jangka panjang untuk emas masih positif.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli turun 8,3 sen atau 0,47 persen, menjadi ditutup pada 17,399 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli naik 2,7 dolar AS atau 0,33 persen, menjadi menetap pada 821,7 dolar AS per ounce.

Baca juga: Wall Street dibuka anjlok, Indeks Dow Jones jatuh lebih dari 600 poin
Baca juga: Harga emas "rebound," naik 19,1 dolar di tengah aksi jual saham global

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020