Conakry, (ANTARA News) - Pasukan keamanan Guinea membunuh sedikitnya 58 orang ketika mereka menembaki mereka Senin untuk membubarkan ribuan pelaku aksi protes yang ingin berdemo di satu stadion olahraga, kata satu badan pengamat hak asasi manusia.

Para saksi mata mengatakan, beberapa pemimpin oposisi terkemuka ditahan dan para pemrotes cedera dalam aksi kekerasan yang dimulai ketika ribuan orang turun ke jalan-jalan, dan berkumpul di stadion meskipun dikepung operasi keamanan besar-besaran oleh penguasa, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Aksi kekerasan di negara pengekspor bauksit nomor satu di dunia itu, adalah paling rusuh sejak penguasa militer Kapten Moussa Dadis Camara mengambil-alih kekuasaan dalam suatu kudeta 2008, yang kemudian disusul konflik berbulan-bulan antara Camara dan pesaingnya.

Sekjen PBB Ban Ki-moon dan bekas penguasa kolonial Prancis mengecam aksi kekerasan itu.

Camara tidak melaksanakan ketetapan pemilu, yang kemudian membuat marah para pesaingnya dan negara-negara donor luar negeri.

"Di satu rumah sakit saja, kami telah menghitung 58 mayat," kata Thierno Maadjou Sow, ketua Organisasi Hak Asasi Manusia (HAM) Guinea kepada Reuters.

"Tampaknya masih ada banyak mayat lagi di rumah sakit lain," katanya.

Seorang saksi mata yang pergi ke Palang Merah setempat di Conakry mengatakan, dia menghitung setidaknya 20 orang tewas dengan luka akibat peluru.

Saksi mata lain mengatakan, satu kantor polisi dibakar dan beberapa kendaraan polisi, peralatan dan setidaknya seorang petugas disandera.

Junta, yang dikenal sebagai Dewan Nasional untuk Demokrasi dan Pembangunan (CNDD) mengatakan, pihaknya tidak akan berunding dengan kekuatan-kekuatan yang menentangnya.

"Bagi siapapun yang bermaksud menentang pemerintah, kami akan menghentikan mereka," kata Komandan Moussa Diegboro Camara dalam pernyataan di radio.(*)

 

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009