Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan, olahraga serta pariwisata dan ekonomi kreatif Hetifah Sjaifudian mengatakan masih banyak guru yang tidak menggunakan metode pembelajaran dalam jaringan (daring) selama pandemi COVID-19.

"Survei dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga menunjukkan bahwa sekitar 50 persen guru, walaupun mereka sudah memiliki gawai yang cukup dan terakses internet, ternyata tetap belum menggunakan metode daring," kata Hetifah saat diskusi daring dengan tema "Bagaimana Pendidikan Nasional Pasca COVID-19" di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Legislator: Metode pembelajaran saat pandemi jadi referensi cetak biru

Ia mengatakan hal tersebut membuktikan adanya berbagai masalah yang muncul di awal-awal penerapan pembelajaran jarak jauh. Selain itu, juga masih banyak ditemukan persoalan dan keluhan akses telekomunikasi di berbagai daerah.

"Selain keterbatasan gawai, akses internet kesiapan sumber daya atau tenaga pengajar dalam melakukan pendidikan jarak jauh juga masih menjadi kendala hingga kini," katanya.

Tidak hanya itu, persoalan penerapan pembelajaran jarak jauh tersebut juga terjadi antara orang tua dan anak. Sebab, sebagian besar tanggung jawab anak berada langsung di tangan wali murid selama pandemi COVID-19.

"Banyak juga keluhan dari orang tua betapa stresnya mereka dan menyadari bahwa tugas menjadi pendidik itu tidak mudah," ucapnya.

Baca juga: Laporan: Metode belajar daring semakin diminati

Apalagi, selama ini belum banyak program yang diberikan kepada orang tua agar dia bisa membantu dan membimbing anak dalam menyelesaikan tugas-tugas di rumah selama penerapan pembelajaran jarak jauh, misalnya bagaimana memanfaatkan berbagai media belajar yang bervariasi. "Jadi bukan sekadar menuntut anak mengerjakan tugas saja," katanya.

Secara umum, sebelum pandemi COVID-19 terjadi, Komisi X optimistis pendidikan di Tanah Air bisa lebih baik lagi setelah Presiden Jokowi menyampaikan pembangunan sumber daya manusia unggul untuk Indonesia maju merupakan prioritas pemerintah pusat.

Pada saat itu, presiden dalam pidatonya mengatakan bahwa sumber daya manusia yang unggul merupakan kunci keberhasilan Indonesia di masa depan, termasuk penekanan pendidikan juga diarahkan pada karakter budi pekerti dan keterampilan.

"Keterampilan ini harus kita implementasikan saat sekarang terutama saat menghadapi musibah pandemi COVID-19," ujarnya.

Baca juga: Pemerhati: Guru perlu pendekatan berbeda untuk proses belajar daring

Baca juga: Komisi X dorong program berkelanjutan pendidikan jarak jauh

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020