Jakarta (ANTARA) - Instagram membantah sebuah studi yang menyatakan algoritma jejaring sosial tersebut lebih memprioritaskan gambar orang yang mengenakan busana terbuka.

"Baru-baru ini terdapat studi yang menyatakan kami mendorong konten karena mengandung gambar semi-telanjang. Ini tidak benar," kata Instagram melalui cuitan di akun @InstagramComms, yang dikelola oleh tim humas, dikutip Kamis.

Baca juga: Instagram kini terintegrasi dengan Messenger Rooms

Baca juga: Facebook luncurkan fitur belanja, termasuk di Instagram dan Whatsapp


Dalam sebuah utas, Instagram menjelaskan gambar-gambar yang muncul di laman utama pengguna berdasarkan ketertarikan terhadap suatu topik dan kronologi unggahan dari orang yang diikuti.

Instagram juga memperhitungkan faktor eksternal, yang tidak mereka sebutkan, untuk memberikan konten yang relevan bagi pengguna.

"Studi tersebut melihat dalam contoh gambar yang sangat sempit, yang mungkin menampilkan tipe konten yang mereka cari: semakin banyak Anda terlibat dengan tipe konten tertentu, semakin mungkin kami memberikan Anda unggahan yang mirip," kata Instagram.

Instagram menyebut penelitian tersebut "cacat" karena tidak menggambarkan bagaimana platform media sosialnya bekerja.

Penelitian yang mengungkap algoritma Instagram memprioritaskan gambar terbuka dipublikasikan di laman AlgorithmWatch, mereka bekerja sama dengan European Data Journalism Network dalam studi tersebut.

Studi tersebut melibatkan 37 orang dari 12 negara di Eropa, 14 di antaranya berjenis kelamin laki-laki.

Peserta studi tersebut memakai Instagram sebagai sarana untuk mengiklankan merek, terutama untuk makanan, perjalanan, fesyen, kebugaran, dan kecantikan.

Selama periode Februari hingga Mei, mereka mengunggah 1.737 unggahan yang terdiri dari total 2.400 foto. Sebanyak 362 foto, atau 21 persen, dikenali memuat perempuan dalam balutan pakaian dalam atau bikini, atau laki-laki yang bertelanjang dada.

"Pada laman utama relawan kami, unggahan yang mengandung gambar seperti itu berjumlah 30 persen dari keseluruhan unggahan dari akun-akun yang sama," kata AlgorithmWatch.

AlgorithmWatch juga menemukan foto-foto perempuan berbikini memiliki kemungkinan 54 persen tampil di laman utama akun Instagram partisipan, sementara gambar laki-laki bertelanjang dada sebanyak 28 persen.

"Sebaliknya, unggahan yang memuat gambar makanan atau pemandangan sekitar 60 persen tidak muncul di laman utama".

Dalam tulisan berjudul "Undress or fail: Instagram’s algorithm strong-arms users into showing skin", AlgorithmWatch memuat pernyataan Facebook yang menyatakan riset tersebut tidak benar.

"Banyak kekurangan dalam riset ini, yang menujukkan salah paham bagaimana Instagram bekerja. Kami mengurutkan unggahan di laman utama Anda, berdasarkan konten atau akun yang disukai, bukan faktor arbitrer seperti keberadaan baju renang," kata Facebook, seperti dimuat di tulisan tersebut.

AlgorithmWatch juga mengklaim selain berdasarkan akun yang disukai, Instagram menampilkan gambar yang menurut mereka akan menarik bagi pengguna lainnya.

Baca juga: Cara UMKM bertahan, gencarkan promosi daring hingga jaga kualitas

Baca juga: Bos Instagram tinjau kembali kebijakan untuk lawan rasisme

Baca juga: Instagram larang comot konten tanpa izin

Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020