Purwokerto  (ANTARA News) - Seorang siswa kelas 6 SD Kristen 2 Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Gy (10) diduga menjadi korban penganiayaan dan pemalakan empat temannya, Yo (10), Al (10), FA (10), dan Fan (10), yang tergabung dalam satu geng sekolah.

"Anak saya sering dipukuli hingga luka-luka dan dipalak oleh empat orang temannya tersebut," kata ibunda korban, Yosephine Yoepinarti (50), warga Perumahan Permata Hijau Jalan Permata Hijau III/61 Purwokerto, Kamis.

Bahkan, lanjut dia, kalau tidak diberi uang, mereka meminta anaknya agar berkelahi dengan teman lain, seperti dalam permainan "smackdown".

Menurut dia, kasus yang menimpa anaknya sejak duduk di kelas 4 juga dialami teman sekelasnya, yakni Kv (10), dan Alb (10).

Pernyataan Yosephine ini dibenarkan oleh nenek Kv, Theresia (50).

"Bukti visum penganiayaan dari Rumah Sakit Sinar Kasih Purwokerto telah ada. Saksi juga lengkap," katanya.

Awalnya Yosephine dan Theresia berencana tidak akan membawa kasus penganiyaan tersebut ke ranah hukum jika ada tindak lanjut dari pihak sekolah.

Akan tetapi pihak sekolah hanya memberi kelas khusus kepada empat siswa itu dan memanggil para orang tuanya, sehingga Yosephine dan Theresia melaporkan kasus yang dialami anaknya kepada Polres Banyumas pada Rabu (30/9).

"Anak saya sangat trauma hingga takut untuk bersekolah. Saya minta empat anak itu dikeluarkan," kata Yosephine.

Sementara itu, kuasa hukum Yosephine, Arif Budi Cahyono mengatakan, polisi sudah menerima laporan dan akan melakukan penyelidikan atas kasus tersebut.

Secara terpisah Kepala Sekolah SD 2 Kristen Purwokerto Kisto dan Ketua Pengurus Cabang Yayasan Penyelenggara Pelayanan Perguruan Kristen (YPPPK) TK-SD Kristen 2 Purwokerto Pitoyo mengakui perbuatan yang dilakukan empat siswanya.

"Kami merasa kecolongan. Bahkan sama sekali tidak menduga kasus ini (dipukul, dipalak, hingga disuruh berkelahi) sudah berlangsung sejak mereka kelas 5 SD," kata Pitoyo.

Menurut dia, pihak sekolah juga telah berusaha menyelesaikan kasus ini secara internal dengan memanggil para orang tua muridnya itu dan memberi kelas khusus bagi empat anak tersebut.

Namun akhirnya, kata dia, pihak sekolah juga mengembalikan (mengeluarkan, red.) empat anak tersebut kepada orang tua masing-masing.  (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009