Transformasi atau disrupsi digital yang saat ini begitu pesat terjadi ditambah lagi pandemi COVID-19 yang melanda serta kemungkinan akan munculnya krisis lainnya di Indonesia, mengharuskan penemuan atau menemukan kapabilitas organisasi yang baru, ter
Jakarta (ANTARA) - Pakar manajemen sumber daya manusia (SDM), Profesor Dave Ulrich menyarankan agar perusahaan-perusahaan di Indonesia membuat organisasi perusahaannya lebih cepat dan lincah sebagai kunci utama untuk dapat bertahan serta terus bertumbuh di tengah disrupsi digital dan krisis COVID-19 yang tengah melanda.

"Transformasi atau disrupsi digital yang saat ini begitu pesat terjadi ditambah lagi pandemi COVID-19 yang melanda serta kemungkinan akan munculnya krisis lainnya di Indonesia, mengharuskan penemuan atau menemukan kapabilitas organisasi yang baru, terutama berkaitan dengan kelincahan organisasi perusahaan," ujar Dave Ulrich dalam seminar daring yang digelar Forum Human Capital Indonesia (FHCI) di Jakarta, Senin.

Menurut Dave, menerima bahwa kelincahan organisasi perusahaan atau organizations agility merupakan kunci untuk meraih kesuksesan di pasar (marketplace).

"Jika saya tidak mengelola organisasi perusahaan untuk bergerak lebih cepat dan adaptif, maka perusahaan saya tidak akan meraih kesuksesan," katanya.

Lalu apa yang dimaksud dengan kelincahan organisasi perusahaan? Pakar SDM itu menjawab bahwa yang dimaksud dengan kelincahan organisasi adalah kemampuan untuk menciptakan masa depan, di mana kelincahan organisasi perusahaan tidak berfokus pada masa lalu namun melihat pada posisi saat ini untuk menciptakan masa depan.

Kemudian kelincahan organisasi juga merupakan kemampuan untuk mengantisipasi peluang yang muncul di waktu mendatang, yang kemudian mengharuskan perusahaan untuk bergerak lebih cepat.

Selain itu kelincahan organisasi juga selalu mengedepankan pembelajaran, seperti mengambil hikmah dari kegagalan yang terjadi atau kegagalan meraih peluang.

"Dengan demikian kita dapat membuat perusahaan meraih kesuksesan, terus bertumbuh dan bertahan di dunia yang terus mengalami perubahan zaman," ujar Dave Ulrich.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum FHCI Herdy Harman menyampaikan bahwa organisasi perusahaan saat ini menghadapi paradoks serta kompleksitas yang tidak pernah diperkirakan dan terus berubah pada masa normal baru atau New Normal.

Dengan demikian hal tersebut harus ditanggapi melalu pola pikir (mindset) organisasi, skillset dan toolset yang berbeda dalam rangka mengatasi sejumlah tantangan dan meraih keuntungan dari peluang-peluang baru.

Sebelumnya Deputi SDM Teknologi dan Informasi Kementerian BUMN Alex Denni mengimbau agar pengelola BUMN bisa memanfaatkan masa pandemi COVID-19 untuk memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi perusahaan.

Alex mengatakan bahwa beberapa kali semua pihak sudah mendengar bahwa COVID-19 hanyalah pemicu atau trigger untuk mengakselerasi transformasi.

Baca juga: Kementerian BUMN: Manfaatkan pandemi untuk beri nilai tambah perseroan

Baca juga: Teten katakan koperasi harus jadi solusi pembiayaan di masa pandemi

Baca juga: IKA UPI: Pandemi COVID-19 semakin mempercepat Revolusi Industri 4.0

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020