Katalis lainnya yaitu meredanya kekhawatiran pelaku pasar global... Selain itu, pemerintah Indonesia akan mempercepat realisasi stimulus
Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa diperkirakan bergerak menguat dipicu harapan pasar akan pulihnya ekonomi domestik seiring percepatan realisasi stimulus oleh pemerintah.

IHSG dibuka menguat 16,58 poin atau 0,34 persen ke posisi 4.935,41. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 bergerak naik 1,01 poin atau 0,13 persen menjadi 762,22.

Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah di Jakarta, Selasa, mengatakan, sejumlah katalis yang dapat menjadi penopang bagi IHSG yaitu saham AS yang menguat pada perdagangan Senin (22/6) dan diperkirakan dapat menjadi dukungan bagi pasar regional Asia, serta sinyalemen positif dari indeks berjangka AS yang juga menguat.

Baca juga: Wall Street ditutup melambung, Indeks Nasdaq melonjak di atas 110 poin

"Katalis lainnya yaitu meredanya kekhawatiran pelaku pasar global yang sebelumnya dipanikan oleh kenaikan dalam kasus infeksi Corona di sejumlah negara. Selain itu, pemerintah Indonesia akan mempercepat realisasi stimulus," ujar Alfiansyah.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi ekonomi Indonesia tertekan pada dua bulan sebelumnya. Pelonggaran PSBB disebutnya mulai berdampak positif.

Kondisi April dan Mei yang sangat menekan itu merupakan kondisi terburuk sehingga Juni dan Juli sudah bisa dilihat adanya sedikit perbaikan dan momentumnya bisa dijaga di kuartal III dan IV.

Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) fokus menjaga momentum pemulihan pada semester II-2020. Diharapkan, Indonesia bisa terhindar dari resesi.

Baca juga: BI paparkan indikator yang bakal bikin ekonomi RI membaik kuartal III

Pemerintah juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini dari minus 0,4 persen sampai 2,3 persen menjadi minus 0,4 persen sampai 1 persen. Revisi tersebut seiring dengan proyeksi terbaru lembaga-lembaga keuangan dunia.

Sementara itu Bank Dunia misalnya, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 sebesar nol persen. Sementara ADB merevisi pertumbuhan ekonomi RI dari 2 persen menjadi negatif 1 persen. IMF pada April lalu menyampaikan Indonesia tumbuh 0,5 persen dan tahun depan di atas 8 persen.

Pemerintah telah menaikkan stimulus ekonomi berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2020. Total stimulus yang diberikan baik sektor kesehatan maupun Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) mencapai Rp695 triliun.

Pelebaran defisit dilakukan karena APBN menjadi instrumen utama untuk menggerakkan ekonomi di tengah pandemi. APBN diharapkan bisa menahan dampak pandemi di bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi.

Baca juga: Sri Mulyani kejar pemulihan ekonomi terjadi di kuartal III dan IV 2020

Dari eksternal, Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) telah merilis angka mengkhawatirkan yang menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 masih dalam gelombang pertama yang kuat, meskipun sebagian pakar memperingatkan akan datangnya gelombang kedua.

WHO melaporkan 183.000 kasus baru dalam 24 jam, merupakan penambahan kasus terbanyak dalam sehari di seluruh dunia. Brazil paling banyak dengan hampir 55.000 kasus baru, disusul AS dengan lebih dari 36.000, dan India dengan sekitar 15.000 kasus baru.

Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain Indeks Nikkei menguat 185,09 poin atau 0,82 persen ke 22.622,36, Indeks Hang Seng naik 217,14 poin atau 0,89 persen menjadi 24.728,48, dan Indeks Straits Times melemah 3,22 poin atau 0,12 persen ke 2.626,47.

Baca juga: Rupiah Selasa pagi jatuh 33 poin

Baca juga: Dolar melemah dan mata uang berisiko naik, pasar cerna prospek ekonomi

Baca juga: Harga emas naik 13,40 dolar AS, dipicu kenaikan kasus COVID-19

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020