Jakarta (ANTARA) - Gado-gado, salad khas Indonesia, yang terdiri sayur-sayuran rebus yang dicampur sambal kacang, ternyata dipengaruhi budaya Portugis.

Makanan yang dinikmati dengan nasi atau lontong itu juga bisa disantap bila Anda berkunjung ke Kampung Tugu, Cilincing, Jakarta Utara yang jadi pemukiman keturunan Portugis.

"Portugis banyak mempengaruhi budaya kita, kayak bolu, pintu, sepatu, jendela, campur aduk juga gado-gado," kata Ira Lathief, pendiri Wisata Kreatif Jakarta, dalam tur virtual keliling Jakarta, Senin (22/6) malam.

Menurut Ira, kata "gado-gado" berasal dari bahasa Portugis artinya campur-campur. Awalnya, istilah itu dipakai untuk menyebut pakan hewan yang terdiri dari campuran sisa-sisa makanan.

"Kuliner Indonesia yang pakai saos kacang itu dibawa dari Portugis," ujar dia.

Baca juga: Resep hidangan lezat untuk rayakan Hari Ayah

Baca juga: Industri kuliner dinilai saatnya beralih ke makanan sehat


Gado-gado dari Kampung Tugu punya ciri khas bumbu kacang yang disiram ke atas sayuran.

Salah satu makanan nasional Indonesia itu mahsyur di banyak kalangan. Menurut Aslida Rahardjo, penulis buku "Resep Masakan Indonesia di 5 Benua", gado-gado adalah salah satu masakan favorit rekan-rekannya yang merupakan warga negara asing.

Pesepakbola legendaris asal Nigeria, Augustine Azuka Okocha, juga jatuh cinta pada rasa gado-gado ketika mencicipinya tahun lalu di Jakarta.

Gado-gado dapat dibuat menggunakan bahan-bahan yang ada di rumah. Para koki juga menginterpretasikan dengan gayanya sendiri, termasuk pemenang Masterchef Australia 2017 Diana Chan.

Baca juga: Jelajah kuliner & budaya Betawi lewat tur virtual keliling ibu kota

Baca juga: Taman Margasatwa Ragunan dibuka kembali tapi khusus bagi warga Jakarta

Baca juga: Resep gado-gado ala juara Masterchef Australia Diana Chan

 

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020