Semarang (ANTARA News) - "Oktoberfest", festival tahunan yang telah menjadi tradisi masyarakat Jerman yang dilangsungkan di Putri Bar, Hotel Horison Semarang, Sabtu, berlangsung meriah diramaikan dengan kompetisi minum bir.

Kompetisi minum bir tersebut diikuti oleh para peserta yang kebanyakan merupakan warga Jerman dan para peserta terlihat antusias mengikuti kompetisi tersebut. Kompetisi ini mungkin masih terasa asing bagi masyarakat Indonesia.

Para peserta terlihat menenggak bir dalam wadah berukuran besar, dan bagi peserta yang sanggup menghabiskannya sampai tetes terakhir dalam waktu tercepat akan keluar sebagai pemenang kompetisi tersebut.

"Kami mengadakan `Oktoberfest` untuk memanjakan para pengunjung, baik warga Jerman atau masyarakat yang ingin menyaksikan acara tersebut tanpa harus jauh-jauh datang ke negara Jerman," kata Humas Hotel Horison Semarang, Atika Elfandari.

Menurut dia, "Oktoberfest" merupakan acara tahunan bersejarah yang selalu dirayakan masyarakat di Kota Munich, Jerman setiap bulan Oktober. Keunikan festival tersebut memang terletak pada diadakannya kompetisi minum bir.

"Oktoberfest", kata dia, diadakan pertama kali pada tahun 1810 oleh Raja Ludwig I untuk merayakan perkawinannya dengan Putri Therese von Sachesen dengan membagikan bir kepada seluruh rakyatnya yang berkumpul di Lapangan Theresien Muen dan festival itu sampai saat ini masih berlangsung.

Di negara Jerman, "Oktoberfest" dirayakan dengan kompetisi minum bir secara besar-besaran dengan menyuguhkan bir gratis kepada seluruh warga yang mendatangi festival tersebut, dan "Oktoberfest" dibuka dengan pembukaan tong bir besar oleh Wali Kota Munich.

Ia mengatakan, pihaknya melangsungkan "Oktoberfest" dengan sederhana, namun tanpa mengurangi suasana dan semangat festival tersebut, karena makanan dan suasana yang disajikan benar-benar serasa di Jerman.

"Kami juga menyajikan makanan khas Jerman, di antaranya Hendl, Roast Chicken, Bavarian Schweinsbraten, roasted pork, dan `setting` suasana juga dibuat seperti aslinya, misalnya dengan pernak-pernik khas Jerman, topi lebar, dan `bench` (bangku panjang khas Jerman, red.)," katanya.

Disinggung pengaruh tingkat hunian hotel dengan diadakannya festival tersebut, ia mengatakan, "Oktoberfest" tidak semata-mata diadakan untuk mendongkrak tingkat hunian hotel, namun untuk memenuhi keinginan masyarakat.

Menurut dia, banyak masyarakat Indonesia yang justru meminta diadakannya festival tersebut, terutama mereka yang pernah menuntut ilmu di Jerman, dan setelah kembali ke tanah air merindukan kembali adanya "Oktoberfest".

"Kami sudah menyelenggarakan `Oktoberfest` sejak empat tahun lalu, sementara tingkat hunian di Hotel Horison sampai saat ini masih relatif normal, berkisar 70-80 persen dari keseluruhan 165 kamar dari delapan kelas yang disediakan," kata Atika.( *)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009