Ambon (ANTARA News) - Tiupan terompet oleh 300 orang pemuda menandai pencanangaan Hari Perdamaian sedunia bertepatan dengan malam terakhir ajang Ambon Jazz plus Festival (AJPF) 2009 di Ambon, Minggu malam.

300 peniup terompet yang umumnya generasi muda dan bertugas melayani ibadah pada gereja-gereja di Ambon itu, mendendangkan lima lagu menandai pencanangan kegiatan menyangsong hari perdamaian sedunia 12 November mendatang.

Ratusan peniup terompet itu membuka pencanangan rangkaian hari perdamaian yang dihadiri Presiden Komite Perdamaian Dunia, Djuyoto Suntani, dengan membawakan lagu kebangsaan "Indonesia Raya".

Setelah itu dua tembang bernuansa agama yakni "Amazing Grace" dan "Shalawat Badriah" dikidungkan yang melambangkan hubungan persaudaraan dua komunitas yang pernah terlibat konflik sosial di Maluku tahun 1999 lalu.

Sedangkan dua lagu lain yang dimainkan yakni "Gandong" yang mencerminkan kehidupan orang basudara di Maluku yang telah diwariskan para leluhur sejak turun-temurun hingga saat ini dan ditutup dengan tembang "Rasa Sayang ee".

Lagu Rasa Sayang e dikidungkan terakhir sebagai sebuah eksistensi dan penegasan masyarakat bahwa lagu tersebut merupakan milik negara Indonesia yang berasal dari daerah Maluku.

Presiden Komite Perdamaian Dunia, Djuyoto Suntani bersama Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu, kemudian memukul gong sebagai tanda pembukaan rangkaian agenda Kegiatan Hari Perdamaian Dunia yang puncaknya akan akan berlangsung 12 November mendatang.

Suntani mengatakan, Kota Ambon menjadi tempat pemasangan Gong Perdamaian ke-29 setelah setelah sebelumnya diresmikan di Ukraina pada 29 September lalu.

"Gong Perdamaian Dunia yang pertama ada di Cina dan tahun ini di letakkan di Ambon dan akan ditabuh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 12 November mendatang sekaligus menandai peringatan hari perdamaian sedunia," kata Suntani.

Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu didampingi Wakil Gubernur, Said Assegaff dan Ketua DPRD Maluku, Fatany Sohilauw, mengatakan, rasa persaudaraan yang merupakan budaya orang Maluku turun-temurun dan sesuai filosofi "Ale rasa beta rasa" yang memiliki arti senasib sepanggungan, harus diteruskan kepada anak cucu.

"Rasa persaudaran orang Maluku sangat besar. Hal ini pun tertuang dalam lagu-lagu daerah Maluku," katanya.

Ralahalu mengajak masyarakat Maluku untuk bersyukur karena daerah ini kembali menjadi negeri yang damai untuk penyelenggaraan berbagai kegiatan kebudayaan bertaraf nasional dan internasional.

Ia menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh artis dan musisi yang telah hadir berpartisipasi di ajang AJPF 2009, sebagai bentuk dukungan terhadap perdamaian dunia karena musik mengandung pesan perdamaian.

Kegiatan Hari Perdamaian Dunia akan dilanjutkan dengan Seminar Budaya Maluku pada 19 Oktober, Karnaval Budaya (27 Oktober), Lomba Renang Teluk Dalam Ambon (29 Oktober) serta lomba Manggurebe antarKabupaten/Kota dan negeri Pela dan Gandong, akhir oktober mendatang.

Serah terima Gong Perdamaian dari Gubernur Jawa Tengah kepada Gubernur Ralahalu di Semarang pada 2 November serta penjemputan dan arak-arakan dari Bandara Pattimura Ambon menuju taman kota yang dijadikan lokasi pemasangan gong tersebut pada 5 November.

Selain itu, Festival Budaya (6/11) dan Seminar Perdamaian serta pembukaan Pameran Perdamaian, di samping kegiatan olahraga tradisional Maluku pada 10 November mendatang.

Penganugrahan gelar adat Upu Latu Rat Maran Siwalima kepada Presiden Yudhoyono dalam sidang paripurna Istimewa DPRD Maluku, Pembacaan pesan Sekretaris Jenderal PBB oleh Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Sambutan Presiden RI yang dilanjutkan dengan pemukulan Gong Perdamaian Dunia di Monumen Perdamaian Dunia Taman Kota Ambon, sekaligus menjadi puncak seluruh kegiatan Hari Perdamaian dunia.

Presiden dalam kesempatan itu juga akan menyerahkan penghargaan kepada tokoh lokal yang bergerak dalam pembangunan perdamaian di Maluku, Launching buku karya pelajar Maluku yang berjudul "Kebersamaan Dalam Keberagaman, Merajut Damai di Provinsi Maluku Negeri Raja-Raja" serta Penyerahan hadiah Lomba Penulisan Artikel oleh Presiden RI. (*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009