Jakarta (ANTARA) - Perlemakan hati yang bisa berujung kanker hati awalnya tak bergejala atau keluhan apapun sehingga penderita cenderung tak sadar mengalaminya.

Dokter spesialis penyakit yang tergabung dalam Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI), Dr. Irsan Hasan menyarankan pemeriksaan melalui USG.

"Perlemakan hati umumnya tidak bergejala. Pemeriksaan bisa dengan USG hati, yang sama seperti USG memeriksa jenis kelamin bayi pada ibu hamil," kata dia dalam webinar, Jumat.

Baca juga: Hepatitis C berujung kanker bisa terjadi akibat narkoba suntik

Baca juga: Hati-hati, kanker bisa muncul karena konsumsi minuman manis


Pada hati yang berlemak terlihat berwarna putih pucat daripada ginjal sementara warna yang sehat merah.

Kondisi ini berkaitan dengan akumulasi lemak berlebihan dalam hati. Jika lemak hati sudah lebih dari lima persen maka seseorang dikatakan terkena perlemakan hati.

Penderita biasanya baru tahu ada lemak di hati saat menjalani pemeriksaan medis lalu mendapatkan gambaran fatty liver.

Setelah lemak terdeteksi, nantinya dokter menyarankan pemeriksaan lanjutan, dan terapi terutama perbaikan gaya hidup karena lemak ini berkaitan dengan gaya hidup seperti pola makan.

"Penyakit berkaitan dengan gaya hidup yakni konsumsi kalori tinggi, tinggi karbohidrat, lemak, fruktosa, sukrosa dan lainnya. Pola makan berkurang sayur, asupan kalori tinggi, kurang bergerak, banyak duduk sehingga (kasus) obesitas semakin banyak," tutur Irsan.

Mereka yang mengalami penyakit ini biasanya berusia 40 tahun. Tak hanya orang dewasa, perlemakan hati juga bisa terjadi pada anak usia 5 tahun dan 8 tahun.

Agar lemak di hati tak menyebabkan komplikasi seperti peradangan hati, kegagalan hati dan kanker hati, penderita biasanya disarankan memperbaiki pola makannya, menurunkan berat badan melalui olahraga jika ternyata mengalami obesitas atau berat badan berlebih dan pemberian obat antioksidan.

Bagaimana dengan obat hepatoprotektor? Irsan mengatakan, obat ini bukan terapi utama, bukan peluruh lemak agar perut menjadi six pack.

"Obat ini sifatnya antiradang, antioksidan untuk memperbaiki membran sel hati," kata dia.

Dalam kesempatan berbeda, dokter gastroenterologi Laurentius A. Lesmana, pernah mengatakan mereka yang mengalami perlemakan hati umumnya juga terkena hipertensi, memiliki kadar gula yang tinggi.

Baca juga: Orang gemuk cenderung miliki lemak hati berlebih

Baca juga: Glutathione terbukti ampuh melawan penyakit perlemakan hati non alkoholik

Baca juga: Lemak di hati bisa berkembang menjadi kanker

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020