Makassar (ANTARA) - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Gowa mengalami penurunan yang signifikan pada Maret hingga Mei 2020 berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa.

Pada data Dinkes Gowa yang diterima di Makassar, Sabtu, angka kasus pada Maret 2020 sebanyak 109 orang dan satu di antaranya telah meninggal dunia. Selanjutnya pada April, jumlah ini mengalami penurunan signifikan dengan 43 kasus dan dua meninggal.

Sementara itu pada Mei 2020, terlapor jumlah kasus DBD di Kabupaten Gowa semakin menurun menjadi 34 orang dan tidak ditemukan pasien meninggal.

"Jumlah kasus ini fluktuasi, kini sedikit ada penurunan berhubung pencegahan di masyarakat gencar kita lakukan. Apalagi ketika ada kasus di rumah sakit pasti itu akan terlapor di P2," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Penanganan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa, dr. Gaffar.

Baca juga: Cegah DBD dan demam dengue, jangan bosan bersihkan rumah

Baca juga: Kenali beda gejala demam dengue dan DBD


Ia mengatakan kegiatan promotif dan preventif terus digalakkan Pemkab Gowa termasuk gerakan 3M (menguras, mengubur dan menimbun) serta terus melakukan edukasi ke semua jejaring yang ada, termasuk para ormas.

Menurutnya, kasus DBD yang saat ini banyak ditemui di Kabupaten Gowa dipengaruhi aspek cuaca yang susah dikendalikan.

"Misalnya, ketika sehari hujan lalu 2-3 hari tidak, memberi peluang nyamuk aedes aegepty bertelur dan memungkinkan untuk berkembang biak," katanya.

Terkait kasus DBD di Kabupaten Gowa pada Juni 2020, dr Gaffar mengemukakan masih butuh konfirmasi data dari rumah sakit yang masih menyesuaikan dengan data epideomologi.

"Klasifikasi jenisnya DBD itu jelas, untuk Pemkab Gowa di daerah tertentu saja seperti dataran rendah yang hampir semua memang ada kasusnya," kata dia.

Berkaitan dengan ini, Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Gowa, Gunawan mengatakan semua daerah di dataran rendah menjadi wilayah endemis nyamuk DBD.

Adapun wilayah yang dimaksud yakni Kecamatan Bajeng, Pallangga, Somba Opu, Samata, Bontomarannu, Kampili dan Bontonompo.

"Seperti biasa, teman-teman di PKM melakukan berbagai program-program pencegahan dan pengendaliannya, seperti pemberantasan jentik, foging, abatisasi, dan lain-lain," ujarnya.

Dinkes Sulsel merilis jumlah kasus DBD tertinggi di Sulsel terjadi di Kabupaten Gowa dengan total penderita 387 orang dan enam orang di antaranya meninggal dunia. Kemudian disusul Kabupaten Maros dengan penderita DBD 262 orang, kemudian Kabupaten Enrekang 200 orang.

Sementara daerah dengan angka penderita DBD terendah ialah Kabupaten Selayar dan Toraja Utara dengan dua orang penderita.*

Baca juga: Kemenkes: DBD masih mengintai saat pandemi COVID-19

Baca juga: Ini alasan Pemkab Cianjur belum tetapkan kejadian luar biasa DBD

Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020