Jakarta,(ANTARA News) - Sebanyak 23 negara siap unjuk gigi di perhelatan Piala Dunia Afrika Selatan 2010, sementara Perancis dan Portugal siap unjuk maraton di jalur "play off". Yang seksi, justru saat memerhatikan piawainya sejumlah juru taktik asal Negeri Kincir Angin menggoda dan mencumbu publik penggila bola sejagat.

Yang bahenol dari negeri Belanda beroleh gincu menawan karena nurani pemerhati bola kini tertawan, meski masih tertera drama menang, kalah dan perjuangan.

Di bawah asuhan pelatih Bert van Marwijk, timnas Belanda mengukuhkan diri sebagai negara yang pertama lolos ke Afsel 2010 setelah menaklukkan Islandia 2-1 pekan pertama Juni 2009. Gol dari Nigel de Jong dan Mark van Bommel membuat kincir-kincir angin Belanda berputar seirama dengan membuncahnya optimisme.

Mata van Marwijk berbinar dan berkata, "Gol-gol itu telah meloloskan kami ke final. Sekarang kami terus menyiapkan diri. Enam kali memenangi laga kualifikasi, ini capaian yang bakal jadi modal."

Sebagai negara asal Total Football, balatentara asuhan van Marwijk ini mengandalkan kepercayaan diri. Mereka tampil jauh dari rasa minder. Mereka bukan pasukan yang menggandrungi salah satu gejala psikologis yakni "Defense Mechanism".

Bila seseorang punya jiwa yang tidak percaya diri, maka perasaan takut terus menghantui. Buntutnya, takut menghadapi sesama lawan yang tampaknya digdaya, takut menggumuli lika-liku argumentasi. Yang tersisa biasanya taring kekuasaan, bukan senyum simpul dari pernik penalaran berhiaskan jiwa merdeka.

Pesona pelatih asal Belanda juga menitis kepada sejumlah timnas dan klub. Sebut saja, Pim Verbeek yang sukses membaptis The Socceroos lolos ke Afsel. Meski beroleh hasil imbang 0-0 saat berlaga melawan Qatar di Doha, pasukan Negeri Kanguru ini mengemas 14 poin di babak final penyisihan zona Asia.

Verbeek pun berkomentar, "Piala Dunia tampil sebagai perhelatan akbar. Perhatian saya terarah ke sana. Kami harus ke sana dan tentunya melakukan yang terbaik."

Di tingkat klub, ada testimoni mengenai pengganti pelatih Manchester United (MU). Pelatih Bayern Muenchen, Louis van Gaal, mengungkapkan, dirinya hampir menggantikan Alex Ferguson. Rencana itu nyatanya batal karena pelatih asal Skotlandia itu batal hengkang.

Memang, Fergie sempat berencana pensiun pada 2002. "Setan Merah" merespons itu dengan mengaudisi sejumlah kandidat. Nama van Gaal dilihat sebagai calon terkuat, menyusul prestasinya membawa Ajax dua kali menjuarai Liga Champions dan pengalaman melatih Timnas Belanda.

Mimpi tinggal mimpi. Van Gaal menggantung mimpi. Pada Februari 2002, Fergie menyatakan siap terus melatih MU. "Itu sebelum Piala Dunia 2002. Saya dihubungi Manchester United, melalui Peter Kenyon (saat itu Kepala Eksekutif MU). Dikatakannya kepada saya, Alex Ferguson akan pensiun. Saat ia pergi, saya akan menggantikannya. Namun, akhirnya Ferguson tidak ingin berhenti!" ujar Van Gaal.

Mengapa para pelatih Belanda memesona? Tampil dengan melatih bergaya spartan, menyediakan diri untuk menyerap nilai-nilai lokal dan mencintai dunia petualangan, dan menerapkan sepakbola menyerang, menjadikan para pelatih asal Negeri Kincir Angin tampil bahenol lantaran menyenggol relung hati dari mereka yang menginginkan tampil sebagai penakluk dunia.

Bicara soal hati yang kesengsem kepada sejumlah pelatih Belanda, kurang lengkap bila tidak menyertakan nama Guus Hiddink yang menangani skuad Beruang Merah. Kekalahan 0-1 dari Jerman pada akhir pekan silam membuat Rusia tidak mungkin lagi memuncaki Grup 4.

Perbedaan empat poin dengan "der Panzer" tidak mungkin lagi dipangkas dalam satu laga sisa. Alhasil, pasukan Sbornaja-sebutan untuk Rusia- dipastikan ikut "play off" yang dihelat pada 14 dan 18 November.

Selain itu, ada Erwin Koeman yang bertengger di Hungaria dan Mart Nooij yang bercokol di Mozambik. Sekurang-kurangnya ada lima pelatih Belanda di tingkat klub dunia. Selain van Marwijk (Bayern Munich), ada Frank Rijkaard di Galatasaray (Turki) dan Arie Haan di Chongqing (China). Apa resep para pelatih Belanda itu?

Profesor antropologi bisnis dari Universitas Amsterdam Alfons van Marrewijk menyatakan orang Belanda umumnya bicara blak-blakan. "Bicara blak-blakan dapat dipersepsi sebagai perilaku kasar bahkan tindakan offensif. Dengan begitu, para pelatih relatif mudah menyampaikan segala instruksinya kepada pemain," katanya.

"Selain itu, para pelatih Belanda umumnya memiliki kepekaan dan ketangkasan untuk bersegara mempelajari bahasa setempat. Mereka mengadaptasi seperangkat moralitas setempat dengan relatif cepat," kata Van Marrewijk kepada Reuters.

Hiddink yang membawa Korea Selatan sampai semi-final Piala Dunia 2002 memilih para pemainnya sebagaimana layaknya kepala sekolah menseleksi para murid. Sejak menukangi Rusia pada 2006, Hiddink dijuluki "Tsar Hiddink" di negeri itu. Berkat polesannya, Rusia mencapai semi-final Piala Eropa.

"Kami menerapkan pola latihan yang keras dibandingkan dengan metode yang selama ini mereka terapkan. Awalnya, mereka menganggap latihan itu berlebihan. Akhirnya mereka mencapai kemajuan dalam tiga pekan," kata Hiddink kepada TV Belanda tahun lalu ketika Rusia bersiap menghadapi Euro 2008.

Beradaptasi dengan kultur lokal terlihat ketika Verbeek turut menyanyikan lagu kebangsaan Australia dalam sebuah tayangan televisi. Sementara Van Gaal mengenakan busana lokal dan menggabungkan diri bersama publik setempat dalam Oktoberfest.

Belanda mencatatkan diri sebagai negara bergengsi di dunia sepakbola. Pada 1970-an, didaulat pelatih Rinus Michels, Belanda dengan kapten Johan Cruyff menantang Jerman Barat. Belanda memenangi Kejuaraan Eropa pada 1988, di bawah asuhan Michels.

Kini, Belanda berada di peringkat ketiga menurut badan sepakbola dunia (FIFA), di bawah Brazil dan Spanyol. "Tim-tim kami tampil berbeda. Kami terus menyerang, tampil kreatif, coba mendominasi permainan," kata Remy Reynierse, sosok yang menangani para pelatih di asosiasi sepakbola Belanda (KNVB).

Gaya sepakbola Belanda begitu memikat di dunia, kata penasehat senior di Sekolah Kepemerintahan Universitas Utrecht. "Gaya sepakbola kami menyerang dan menarik untuk ditonton," katanya pula.

Bagaimana membaca fenomen "yang bahenol" dari para pelatih Negeri Kincir Angin ini? Memungut istilah filsafat kebudayaan, para pelatih ini menerapkan inkulturasi. Mereka menyerap dan memanfaatkan warisan kebudayaan setempat.

Warisan kebudayaan tidak dirasakan sebagai beban, tetapi justru peluang yang dapat memperkaya seseorang. Inkulturasi berbeda jauh dengan indoktrinasi, karena seseorang diberi keleluasaan untuk berbicara dan bertindak secara bebas, spontan.

Dalam soal-soal seksual? Fenomen "yang bahenol" dapat diartikulasi bahwa seseorang kerapkali menghindarkan perasaan takut, dengan tidak memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan seks. Implikasinya, seseorang kerap terperosok menjadi pribadi dingin.

Dan sepakbola Belanda begitu hangat, bebas dan serba spontan. Sepakbola yang atraktif karena ada kreativitas. Duh...yang bahenol! (*)

Pewarta: Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009