Jakarta (ANTARA News) - "Leadership..., like swimming, cannot be learnt by reading about it," kata Harkrisyati Kamil, Presiden Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII) mengutip perkataan Henry Mintzberg, ketika menggambarkan peran sentral seorang pemimpin dalam menggiring perpustakaan konvensional untuk bertransformasi.

Perumpamaan tentang kepemimpinan yang diibaratkan sebagai seorang perenang yang harus terjun langsung ke air itu menunjuk pada kenyataan bahwa segala teori yang dipelajari haruslah dipraktekkan agar seseorang bisa menjadi ahli di bidangnya.

Pendapat mantan kepala perpustakaan British Council Jakarta itu juga di setujui oleh Blasius Sudarsono, pustakawan senior di Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI) yang hadir dalam pelatihan pada Pelatihan Kepemimpinan Manajemen Perpustakaan yang diselenggarakan Klub Perpustakaan Indonesia di Bogor, 14-16 Oktober.

"Ibu Yati Kamil memang bukan hanya berbicara teori namun dia sudah melakoni teori tentang `leadership` dalam mengelola perpustakaan," kata Blasius .

Selanjutnya perempuan ahli perpustakaan itu menekankan pentingnya seorang pemimpin memahami peran perpustakaan yang terus berubah seiring perkembangan teknologi informasi, mengikuti dinamika zaman, sehingga perpustakaan harus bertranformasi.

"Perpustakaan bukan lagi hanya gudang buku namun adalah pusat informasi. Bukan lagi hanya berfungsi sebagai divisi layanan seperti sirkulasi dan pengolahan, namun harusnya sudah menjadi `one stop shoping`, koleksinya bukan melulu medium cetakan namun dalam multiformat," ungkapnya.

Transformasi perpustakaan selanjutnya adalah layanan tidak terbatas waktu dan ruang, bukan hanya menjaga koleksi serta memberikan akses yang pasif, namun mampu memberi nilai pada informasi dan pengetahuan dan yang lebih penting harus proaktif serta mengutamakan kepentingan pelanggan.

Maka perpustakaan yang bertransformasi, kata Harkrisyati Kamil, harusnya mempersipakan sumberdaya manusianya menjadi sumberdaya yang "multitasking" alias memiliki segenap keahlian dan siap menjadi agen perubahan.

Untuk menuju transformasi dimaksud, tidaklah berlebihan bila seorang pustakawan harusnya dimaknai lebih luas, yaitu sebagai profesi di dalam sebuah masyarakat yang berisikan berbagai nilai tentang kualitas, kehormatan, dan kebersamaan.

Menurut Harkrisyati, bahkan dalam konferensi "International Federation of Library Association" (IFLA) di New Delhi, 24-28 Agustus 1992, disebutkan bahwa pustakawan bekerja berdasarkan etos-etos kemanusiaan, yang dianggap sebagai elan kepustakawanan, sebagai lawan dari kegiatan pertukangan.

Selanjutnya butir tentang pustakawan disebutkan sebagai fasilitator kelancaran arus informasi dan pelindung hak asasi manusia dalam akses ke informasi. Dan pustakawan memperlancar proses transformasi dari informasi dan pengetahuan menjadi kecerdasan sosial.


Teknologi informasi

Transformasi perpustakaan itu tidak terlepas dari peran teknologi, yang menurut Harkrisyati Kamil, teknologi bukanlah semata-mata mesin, karena juga mengandung pengetahuan dan keterampilan menggunakan alat atau mesin tersebut.

Selain itu teknologi bersinggungan dengan aspek budaya dan aspek organisasion untuk menjadi sebuah kegiatan yang terus-menerus dan meluas.

Harkrisyati juga menyebutkan isu-isu seputar teknologi informasi yang selalu menarik untuk diperbincangkan dan sering menuai kritik seputar infrastrukturnya, yaitu akses internet yang menciptakan globalisasi masyarakat terkait kesiapan orang serta kemampuan sumber daya manusianya.

Menurut dia, dewasa ini pembahasan seputar perpustakaan digital tetap menarik diperbincangkan.

Perpustakaan digital memiliki tiga karakteristik, yaitu memakai teknologi yang mengintegrasikan kemampuan menciptakan, mencari, dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk di dalam sebuah jaringan digital yang tersebar luas; memiliki koleksi yang mencakup data dan metadata yang saling mengaitkan berbagai data, baik di lingkungan internal maupun eksternal; merupakan kegiatan mengkoleksi dan mengatur sumberdaya digital yang dikembangkan bersama-sama komunitas pemakai jasa untuk memenuhi kebutuhan informasi komunitas tersebut.

Namun yang paling penting, kata Harkrisyati, perpustakaan digital merupakan integrasi berbagai bentuk institusi sosial untuk melayani berbagai komunitas. Menurut dia, ketiga karakteristik utama di atas selalu menekankan adanya integrasi dan keterkaitan.


Kepemimpinan perpustakaan

Selanjutnya tentang makna kepemimpinan perpustakaan, menurut Harkrisyati Kamil, harusnya si pemimpin memiliki kemampuan mempengaruhi organisasi induknya agar mendukung kebutuhan perpustakaan, mendukung pengembangannya, serta memahami bahwa perpustakaan memiliki peran tidak semata sebagai pendukung, tetapi juga memiliki peran strategis.

Untuk itu diperlukan kompetensi profesional dan kompetensi personal.

Kompetensi profesional yang dimaksud menyangkut pengetahuan yang dimiliki pustakawan, khusus dalam bidang sumberdaya informasi, akses informasi, teknologi informasi, manajemen dan riset, serta kemampuan untuk menggunakan bidang pengetahuan sebagai basis dalam memberikan layanan perpustakaan dan informasi.

Sedangkan kompetensi personal meliputi ketrampilan perilaku serta norma yang memungkinkan pustakawan bekerja dengan efektif dan memberikan kontribusi positif bagi lembaga, klien, dan profesinya. Kompetensi itu tercermin dari kemampuannya sebagai komunikator, kemampuan mendemonstrasikan nilai tambah akan kinerjanya, sampai kemampuannya bertahan bekerja di tengah perubahan yang terus bergulir.

Menurut Harkrisyati, lebih jauh kepemimpinan perpustakaan mengisyaratkan adanya keseimbangan kompetensi profesional dan perilaku, kemampuan menciptakan inovasi, dan mengikuti perkembangan sektor perpustakaan serta memahami aspek eksternal yang berpengaruh terhadap dunia perpustakaan seperti tata perundangan.

Menurut Harkrisyati, itu semua menunjukkan, pemimpin jangan hanya menghasilkan para pengikut, tugas seorang pemimpin saat ini ialah menciptakan lebih banyak pemimpin.(*)

Oleh Oleh Dyah Sulistyorini
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009