Jakarta (ANTARA News) - Suharna Suryapranata, kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang telah dipanggil wawancara serta uji kepatutan dan kelayakan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Puri Cikeas Indah, Bogor, Minggu (18/10), belum merasa pasti menjadi Menristek.

"Yang jelas saya memang `concern`pada bidang pembentukan SDM (sumber daya manusia -red). Jadi belum jelas di bidang apa. Sebaiknya tunggu pengumuman Presiden dulu," kata Ketua Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) PKS itu pada konferensi pers di Jakarta, Selasa sore.

Ditanya bahwa semua media massa memprediksi ia di posisi Menristek, Suharna hanya balik bertanya: "Kata siapa? Bisa saja besok berubah."

Ia memaparkan telah 20 tahun berkiprah membangun sejumlah institusi pendidikan dan pengembangan SDM, seperti Yayasan Pendidikan Nurul Fikri, yang merupakan penyelenggara sekolah Islam Terpadu Pertama di Indonesia.

Serta Yayasan Pesantren Nurul Fikri yang menyelenggarakan Sekolah Terpadu Berasrama; dan Yayasan Bina Nurul Fikri, yang memberikan beasiswa dan pembinaan terpadu kepada mahasiswa berprestasi.

Namun dia mengakui, bahwa ia pernah menjadi peneliti di Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) sebelum memilih menjadi Dosen di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI).

Menurut Suharna, ia meninggalkan statusnya sebagai pegawai negeri sipil (PNS) yang telah ditekuninya selama 18 tahun karena mendirikan PKS dan mulai berpolitik praktis sampai akhirnya dilantik menjadi anggota DPR RI 2009-2014.

Pria alumni FMIPA UI dan Teknik Fisika ITB program magister Instrumentasi dan Kontrol ini juga mendirikan Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) pada 2004 dan telah membangun jaringan di seluruh Indonesia dan luar negeri yang mencakup lebih dari 300 ilmuwan doktor Indonesia di seluruh dunia.

Program utama yang dilancarkan MITI adalah melakukan akselerasi pemanfaatan Iptek di seluruh lini kehidupan masyarakat dan industri, serta membantu pengembangan SDM Iptek Indonesia, ujarnya.

MITI juga mencoba melakukan kerja-sama riset dan pengembangan teknologi guna meningkatkan nilai tambah di berbagai bidang dengan berbagai institusi internasional, ujarnya.

Ia mencontohkan, kerja-sama pengembangan bio-energi dengan lembaga riset milik Kementerian Pertanian dan Kehutanan Jepang (2009) dan pengembangan riset di bidang imaging dan instrumentasi dengan King Saud University, Saudi Arabia (2009).

Suharna juga mendirikan ISTECS (Institute for Science and Technology Studies) yang didirikan tahun 1996 dan menghimpun doktor-doktor dalam berbagai bidang Iptek alumni luar negeri. (*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009