Jakarta (ANTARA) - Manajer Norwich City, Daniel Farke, mengungkapkan ia menolak tawaran tawaran pekerjaan dari sejumlah klub lain sepanjang musim ini karena terlanjur sayang dengan tim yang saat ini terpatri di dasar klasemen Liga Inggris tersebut.

Musim lalu, Farke banyak menuai pujian atas pola permainan menyerang yang diterapkannya dan mengantarkan Norwich meraih promosi, tetapi kini tim itu jadi juru kunci klasemen dengan tugas melunasi defisit tujuh poin di sisa enam pertandingan musim ini.

Tugas pertama tentunya dengan meraih tiga poin ketika menjamu Brighton & Hove Albion di Carrow Road pada Sabtu untuk laga pekan ke-33.

Baca juga: Manajer Norwich pusing lanjutkan musim di tengah badai cedera

"Sudah jadi rahasia umum saya menolak tawaran beberapa klub lain. Tawaran yang mungkin lebih mudah dalam hal pekerjaan yang harus dilakukan, tetapi saya terlanjur menyayangi klub ini," katanya dalam jumpa pers pralaga dilansir Reuters, Jumat.

"Pergi di tengah musim bukanlah pilihan bagi saya. Saya bangga dan terhormat atas kepercayaan yang diberikan klub," ujar Farke menambahkan.

Sejak kompetisi dilanjutkan di tengah pandemi COVID-19, Norwich selalu kalah dalam tiga pertandingan Liga Inggris dan tersingkir dari perempat final Piala FA.

Dalam setiap pertandingan itu, Norwich tak pernah memainkan pertandingan dengan mental bertahan dan selalu berusaha mengendalikan jalannya permainan serta tak lelah melancarkan serangan ke pertahanan lawan tiap ada kesempatan.

Farke bersumpah tak akan mengubah pola permainan tersebut, pun jika itu berarti Norwich harus terdegradasi kembali ke kasta kedua atau Divisi Championships.

"Kami tak pernah mencoba memarkir bus, para pemain tim ini tidak dilatih untuk itu. Kami akan selalu menyerang dan tampil berani," katanya.

Baca juga: Dicukur Southampton 0-3, Norwich kian terbenam di dasar klasemen
Baca juga: Arsenal dekati zona kualifikasi Eropa selepas gulung Norwich


Dibandingkan tim promosi lainnya, Aston Villa, Norwich tak banyak menggelontorkan dana ketika menyambut musim 2019/20, yang membuat mereka diprediksi bakal terdegradasi lagi.

Namun, jika dibandingkan Norwich yang cuma belanja 8,82 juta euro, Villa yang mengeluarkan tak kurang dari 159 juta euro cuma punya enam poin lebih banyak dan masih sama-sama terancam degradasi.

Oleh karena itu, Farke yakin bahwa langkah manajemen di awal musim merupakan pilihan tepat.

"Saya yakin berada di tempat yang tepat. Sejak awal saya tahu kami akan disorot karena tidak berbelanja lebih banyak," katanya.

"Langkah yang ditempuh manajemen tepat untuk kesuksesan jangka menengah dan panjang bagi Norwich. Penting bagi suporter untuk terus mendukung mereka," ujarnya lagi.

"Yang terpenting bagi kami adalah berusaha untuk menjadi klub Liga Premier yang ajeg dengan tetap mempertahankan filosofi klub, sebab praktis kami adalah satu-satunya klub yang independen secara biaya di liga ini," pungkas Farke.

Norwich saat ini mengumpulkan 21 poin di dasar klasemen dan sementara tiga tim di atasnya menghadapi laga-laga tandang yang sulit, kemenangan kontra Brighton bisa dianggap jadi kesempatan terakhir bagi tim besutan Farke untuk menyalakan asa menghindari degradasi.

Baca juga: Klasemen Liga Inggris setelah Liverpool pengar lantaran pesta juara
Baca juga: Leicester tak mau dinilai hanya dari hasil empat laga terakhir
Baca juga: Hodgson tak masalah harus sambangi markas Leicester saat "lockdown"

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2020