Jakarta (ANTARA) - Seniman Jumaldi Alfi akan menggelar sebuah program "#Basri Menyapa Seri 4: Dialog Diri-Lukisan Alfi" pada 7 Juli melalui diskusi daring untuk membicarakan soal pergulatan estetis tentang seni, lukisan dan dirinya sebagai subyek pencipta.

Dengan konteks globalisasi, Alfi dan lukisannya gigih membahas masa lalu, menghubungkannya dengan pengalaman individual hari ini serta beririsan ingatan tentang Indonesia-Jakarta, Sumatera Barat, Yogyakarta, Berlin, New York sampai Singapura dan Malaysia, tempat-tempat yang sempat dikunjunginya dengan bingkai semacam sejarah personal pun komunal.

Jumaldi Alfi tahu benar pandemi menciptakan krisis dan beberapa tahun terakhir ia makin matang mendalami soal estetis seni, lukisan dan dirinya sebagai subyek pencipta. Pandemi COVID-19 pun menjadi begitu istimewa bagi Jumaldi Alfi karena telah memberi kekuatan tak kasat mata untuk menggali potensi yang lebih dalam.

"Saya ingin memandang dan melihat seni lukis kembali. Sebab praktik kekaryaanku selama lebih dari 20 tahun adalah bahasa yang sangat personal. Secara kultural, Minang menyumbang kekayaan metafor lisan lebih dari visual. Jadinya, dialog saya dengan lukisan-lukisanku memungkinkan ditafsir lebih kaya yang kelak mungkin menjadi pengetahuan-pengetahuan anyar," ujar Jumaldi Alfi melalui keterangan resminya, Senin. Karya-karta mutakhir Jumaldi Alfi bisa dilihat dari lukisan yang menampakkan representasi riil tubuh lelaki yang merupakan dirinya sendiri. Ia berpunggung telanjang, sementara gambar lain menunjukkan sederetan gunung atau bukit secara bersamaan serta tembok yang penuh corat-coret yang berwarna muram.

Lukisan berjudul "Color guide series_Dear Painter Paint for Me" ini memang dibuat untuk mengekspresikan kegundahannya tentang seni lukis serta misteri yang ada di antaranya.

Pada acara "#Basri Menyapa" juga akan ada sesi berbagi dengan para seniman dan pekerja kreatif yang terdampak COVID-19. Alfi akan menyisihkan 10 buku tentang perjalanan karirnya secara eksklusif pada para pecinta seni yang ingin memilikinya.

Buku tersebut akan ditorehkan sketsa atas nama pencinta seni yang membelinya, sebagai komplimen pribadi dari Jumaldi Alfi. Buku tersebut adalah edisi terbatas dan tidak dimiliki oleh publik.

Ada juga sebuah lukisan yang akan dilepasnya untuk para pencinta seni yang ingin lebih dalam mengenal Jumaldi Alfi.


Baca juga: Karya pelukis Indonesia tarik perhatian penikmat karya seni di London

Baca juga: Kartika Affandi teruskan ajaran seni lukis sang ayah di Austria

Baca juga: Museum Basoeki Abdullah gelar pameran bertajuk "Spirit Potret"


Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020